LogoDIGINATION LOGO

Memasuki Bulan Ramadan, Pemasaran Harus Selalu Siap!

author Oleh Alfhatin Pratama Senin, 6 Mei 2019 | 13:56 WIB
Share
Suasana Bulan Ramadan (shutterstock)
Share

Hadirnya perangkat dan aplikasi seluler telah menjadi faktor penting meraih sukses bisnis di pasar yang dinamis seperti sekarang ini. Menurut penelitian dari App Annie tahun 2017, pengunduhan aplikasi diperkirakan akan tumbuh hingga lebih dari 250 miliar pada tahun 2022 secara global.

Di Asia Tenggara sendiri, ada sekitar 350 juta pengguna internet menghabiskan lebih banyak waktu berselancar di perangkat dan aplikasi seluler daripada perangkat lainnya. Jelas, angka ini merupakan peluang besar bagi para pebisnis untuk merangkul basis pengguna mereka.

Namun, agar keberhasilan bisa diraih, pebisnis dan pengembang aplikasi harus lebih dari sekadar meluncurkan aplikasi dan meningkatkan unduhan. Mereka juga perlu memikirkan keterlibatan pengguna, retensi pengguna, momen-momen penting, dan tren bisnis

Aspek ini sangat penting karena dapat merebut peluang yang datang sekali dalam setahun. Misalnya, Bulan Ramadan. Hampir 250 juta orang merayakan Ramadan di seluruh Indonesia, Malaysia dan Singapura. Oleh karena itu, dampak potensial Ramadan pada bisnis tidak dapat disangkal lagi.

Baca juga: Rawat Dirimu Agar Bisnis Makin Sukses

Ciri khas Ramadan (shutterstock)

Seperti yang diketahui, konsumen dan bisnis sama-sama dipengaruhi oleh lingkungan dan kebiasaan mereka. Tidak mengherankan bahwa sama seperti Thanksgiving dan Black Friday di Amerika Serikat atau Boxing Day di Inggris, Bulan Ramadan memberi dampak positif pada bisnis di Asia Tenggara.

Selama satu dekade terakhir, bulan suci bagi Umat Muslim ini telah menyerukan perubahan dalam dunia digital. Pengguna semakin beralih ke ponsel mereka untuk berbelanja, mencari informasi atau sekadar bersenang-senang. Hal ini sangat memengaruhi strategi  pemasaran aplikasi di sekitar musim perayaan bulan ini.

Pesan yang tepat di waktu yang tepat

Untuk melakukan pemasaran lebih efektif selama Bulan Ramadan, bisnis harus mengambil kesempatan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang momen ini dan kebiasaan konsumennya. Seperti menghargai nuansa dan tradisi ketaatan yang berbeda di berbagai daerah.

Apakah strategi pemasarannya dilakukan saat waktu sahur (jam 3 pagi sampai sebelum jam 4 pagi), selama jam istirahat siang, atau pada waktu Buka Puasa (jam 6 sore). Pebisnis dan pemasarannya harus tahu waktu-waktu yang tepat supaya iklan yang dilakukan pada saat itu benar-benar diterima oleh konsumen atau tidak.

Baca juga: Nih, Trik Pemasaran Low Budget

Ilustrasi strategi periklanan (shutterstock)

Laporan terbaru dari AppsFlyer tahun 2019 menunjukkan bahwa kenaikan sebagian besar konsumen melakukan pembelian melalui aplikasi e-commerce terjadi sepanjang bulan Ramadan di Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Lonjakan ini tampak jelas mulai dari tengah malam hingga pukul 5-6 pagi.

Konten yang tepat sesuai budaya yang ada

Iklan atau konten yang dipasarkan dalam satu wilayah dapat diartikan berbeda di tempat lain. Masih berdasarkan laporan AppsFlyer, Indonesia dan Malaysia memiliki banyak dialek dan bahasa daerah, tetapi yang lebih penting, dari setiap negara itu memiliki budaya unik yang harus dihormati dan tercermin dalam strategi pemasaran.

Pebisnis pun kemudian harus memastikan bahwa mereka memperhitungkan perbedaan budaya di tingkat sosial, organisasi, atau individu. Misalnya, tradisi pulang ke rumah untuk merayakan Hari Raya setelah Bulan Ramadan bersama keluarga. Itu juga dikenal sebagai 'Pulang Kampung' atau 'Mudik' di Indonesia dan 'Balik Kampung' di Malaysia dan Singapura.

Pada momen ini peningkatan substansial dalam pengeluaran perjalanan untuk tiket penerbangan dan kereta api, penyewaan mobil, dan akomodasi harus dilihat oleh para pebisnis. Momen pulang kampung dapat memberikan kesempatan bagi pemasar untuk mempersonalisasi pesan mereka berdasarkan profil dan kebutuhan pelanggan mereka, yang mencakup informasi tentang kota asal pengguna, tujuan perjalanan, bahasa, dan preferensi pribadi lainnya.

Baca juga: Apa Sih Strategi Jitu Marvel di Content Marketing?

Ilustrasi konten yang dapat diterima konsumen (shutterstock)

THR dan meningkatnya daya beli konsumen

THR atau Tunjangan Hari Raya, umumnya dikenal sebagai gaji ke-13. Biasanya, diberikan dua hingga satu minggu sebelum Idul Fitri. Gaji tambahan ini memberi dorongan tambahan dalam daya beli, yang dalam banyak kasus dapat diterjemahkan menjadi lebih banyak pembelian yang terjadi.

Ketika mendapatkan gaji ke-13 ini, biasanya orang-orang cenderung membelanjakannya untuk pakaian baru, gadget, perawatan, dan pemberian hadiah, mungkin juga ada yang bisa dilakukan di luar kebiasaannya. Dengan begitu banyak transaksi yang terjadi selama periode meriah ini, pemasar yang dengan pesan yang jitu akan dapat memanfaatkan peluang besar ini.

Sekali lagi, karena peluang besar di Bulan Ramadan sudah di depan mata, sudah saatnya bersiap untuk segala macam strategi pemasaran untuk raih keuntungan besar!

Baca juga: Buat Pemasaran, Kecerdasan Buatan Juga Bisa

 

  • Editor: Wicak Hidayat
  • Sumber: Tech Crunch, e27
TAGS
RECOMMENDATION

Ramadan Adalah Panen Raya

Meskipun telah usai, momen Ramadan masih menjadi bahan evaluasi bagi sebagian pelaku usaha e-commerce, mengingat pada momen tersebut kebanyakan pelaku mendulang untung yang lebih banyak

Selasa, 3 Juli 2018 | 02:35 WIB
LATEST ARTICLE

Tips Hemat Naik Pesawat

berikut tips agar bisa lebih hemat naik pesawat domestik di Indonesia!

Selasa, 9 April 2024 | 11:39 WIB