LogoDIGINATION LOGO

Suntikan Dana $16,7 Juta untuk Pintarnya, Buka Akses Kerja dan Pinjaman bagi Pekerja Informal

author Oleh Dini Adica Senin, 22 September 2025 | 13:46 WIB
Share
Ghirish Pokardas, Nelly Nurmalasari, dan Henry Hendrawan mendirikan Pintarnya pada 2022 untuk membantu pekerja sektor informal mendapatkan pekerjaan dan akses pinjaman keuangan.
Share

Fenomena job hugging saat ini membuat karyawan merasa lebih aman jika bertahan di tempat kerja saat ini, setidaknyaman apapun situasinya. Buat yang kebiasaan resign tanpa mengantongi offering letter lebih dulu, langkah tersebut sama sekali nggak disarankan. Belum lagi banyak perusahaan yang suka ghosting calon karyawan, lenyap tanpa kabar setelah serangkaian tes.

Hal ini juga dialami oleh pekerja di sektor informal. Bahkan problem yang mereka alami makin bertambah. Data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2025 menunjukkan sekitar 59% dari 150 juta tenaga kerja Indonesia ada di sektor informal.

Selain sering kesulitan mengakses lowongan terpercaya, mereka juga susah mendapat layanan finansial yang layak. Sebab, mereka tidak memiliki pendapatan yang bisa diverifikasi dan dokumen ketenagakerjaan resmi.

Baca juga: Riset! Orang Indonesia Top 2 Dunia Paling Suka Belanja Online

Proses Rekrutmen dan Akses Pinjaman

Nah, di sinilah Pintarnya hadir sebagai solusi bagi tenaga kerja. Platform pencari kerja ini bermitra dengan lembaga pembiayaan berbasis aset, sehingga pengguna bisa mengajukan pinjaman dengan jaminan emas, elektronik, atau kendaraan.

Perusahaan yang didirikan pada 2022 oleh Nelly Nurmalasari, Ghirish Pokardas, dan Henry Hendrawan ini menggabungkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mempercepat proses rekrutmen, sekaligus membuka akses ke layanan keuangan yang aman dan terjangkau bagi mereka yang penghasilannya tidak menentu.

Menariknya lagi, baru-baru ini Pintarnya berhasil mengamankan pendanaan Series A sebesar $16,7 juta yang dipimpin oleh Square Peg, dengan dukungan dari Vertex Ventures Southeast Asia & India serta East Ventures.

Pintarnya mencari jalan keluar atas dua tantangan terbesar bagi pekerja Indonesia, yaitu sulitnya mendapat pekerjaan yang sesuai dengan gaji yang layak, dan minimnya akses pinjaman yang sehat.

“Secara tradisional, pekerja massal di Indonesia mencari pekerjaan secara offline melalui bursa kerja atau dari mulut ke mulut. Hal itu membuat perusahaan terbebani dengan lamaran kertas, sedangkan kandidat jarang mendapat tanggapan.

"Untuk mendapat pinjaman, pilihan mereka terbatas pada keluarga, teman atau rentenir dengan praktik penagihan yang keras,” ujar Henry Hendrawan, kepada TechCrunch.

Untuk mengatasi hal tersebut, Pintarnya mendigitalisasi pencocokan pekerjaan dengan AI sehingga proses rekrutmen bisa lebih cepat. Mereka juga menyediakan opsi pinjaman yang lebih aman dan sehat bagi pekerja.

Baca juga: Portal Satu Data Jakarta Hadir Kini Dilengkapi Chatbot AI

"Itu dirancang berdasarkan kemampuan finansial mereka, bukannya mendorong mereka terlilit utang yang lebih dalam," tukas Henry.

 

 

Pertumbuhan yang Pesat

Sejak pertama kali diluncurkan pada Mei 2022, perkembangan Pintarnya bisa dibilang sangat cepat. Saat ini mereka sudah melayani lebih dari 10 juta pencari kerja dan 40 ribu perusahaan di seluruh Indonesia. Pendapatan perusahaan bahkan tumbuh hampir lima kali lipat dalam setahun terakhir.

Mayoritas pengguna Pintarnya adalah pekerja usia 21–40 tahun dengan latar belakang pendidikan SMA atau diploma. Segmen ini memang sangat besar, tapi sering terlewatkan oleh platform lain.

“Selama membangun layanan ketenagakerjaan, kami sadar bahwa pengguna butuh lebih dari sekadar pekerjaan. Mereka juga butuh akses ke layanan keuangan yang selama ini tidak bisa diberikan bank tradisional,” tambah Henry.

Menurut Henry, di Indonesia memang sudah ada platform pencari kerja seperti JobStreet, Kalibrr, atau Glints. Namun platform ini kebanyakan melayani orang kantoran yang hanya mewakili sebagian kecil tenaga kerja.

Inilah yang membedakan Pintarnya dari platform-platform tersebut, yaitu ditujukan untuk pekerja lapangan. Fiturnya juga disesuaikan, misalnya:

  • quick apply untuk wawancara langsung,
  • membantu pembuatan CV,
  • e-learning untuk menambah skill,
  • peluang mencari penghasilan tambahan lewat aplikasi,
  • akses gampang ke layanan keuangan seperti pinjaman.

Baca juga: Film 'Sore: Istri dari Masa Depan' Buktikan Kekuatan Digital Marketing di Industri Film

Rencana ke Depan

Fenomena serupa juga kelihatan di sektor fintech Indonesia. Sebagian besar layanan fintech lebih banyak menyasar pekerja kantoran atau kalangan menengah ke atas. Model penilaian kredit tradisional, yang biasanya pakai acuan gaji bulanan tetap dan riwayat rekening bank, bikin pekerja sektor informal sering tidak terjangkau layanan fintech, kata Hendrawan.

“Kalau lihat kondisi pekerjaan mereka, yang paling banyak dicari sekarang jelas pinjaman. Tapi ke depannya, kami ingin mereka bisa naik level ke tabungan mikro dan investasi kecil lewat produk inovatif bareng mitra kami,” harap Henry.

Dengan dana segar $16,7 juta, Pintarnya berencana memperkuat teknologi platform sekaligus memperluas layanan keuangan lewat kemitraan strategis. Mengingat mayoritas pekerja di Indonesia ada di sektor informal, potensi pasar lokal ini dinilai sangat besar. 

“Kami ingin Pintarnya jadi teman sehari-hari pekerja Indonesia. Bukan cuma membantu cari penghasilan hari ini, tapi juga membantu mereka merencanakan, berkembang, dan meningkatkan kualitas hidup di masa depan," tambahnya.

Dalam lima tahun, para pendiri Pintarnya ingin platform ini bisa menjadi super app andalan pekerja Indonesia, dari tempat pertama yang dituju saat cari kerja, sarana untuk meng-upgrade  keterampilan, sampai jadi partner terpercaya dalam mengambil keputusan finansial.

 

Selain fokus di Indonesia, Henry dan kawan-kawan juga membuka kemungkinan ekspansi regional di Asia Tenggara. Tetapi untuk saat ini, mereka ingin memastikan pasar domestik bisa terlayani dengan baik.

 

  • Editor: Dini Adica
  • Sumber: Tech Crunch, LinkedIn
TAGS
RECOMMENDATION
LATEST ARTICLE