LogoDIGINATION LOGO

Be Famous with Digital DNA : Membangun Konten Kuat untuk Menjaga Eksistensi Produk

author Oleh Nur Shinta Dewi Kamis, 16 September 2021 | 09:23 WIB
Share
Share

Saat ini kita hidup di era serba digital. Ketika bingung mau travelling pakai tas apa dan mencoba mencari tahu, muncul link yang mengarahkan ke website dan e-Commerce yang jual barang yang dibutuhkan. 

Brand yang mampu memahami kebutuhan konsumen itulah yang akan memenangkan persaingan. Mereka bisa mengajak konsumen untuk checkout pesanan, beri kenyamanan dengan pembayaran digital, dan bahkan pesanan siap diantar dalam sekejab.

Dunia digital memang menjadi inovasi efektif, namun juga menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku usaha. Siapa yang tidak beralih pada dunia digital lama kelamaan brand mereka akan redup dari peredaran.

Digitalisasi menuntut pemilik usaha untuk lebih kreatif, sigap mengambil peluang, dan menanamkan Digital DNA di dalam diri mereka. Ya, sekedar melek digital sudah tidak cukup bagi pemilik brand. Saat ini pemilik brand harus sudah menanamkan yang namanya Digital DNA pada ruang lingkup kerja dan jiwa karyawan mereka. Lalu sebenarnya apa itu Digital DNA? 

“DNA bukanlah sesuatu yang ada di luar kita, tapi ini study a part of your business,” kata Damon Hakim, CEO Red Asia Group pada Virtual Talkshow Digital DNA: Be Famous with Digital DNA.  

Jadi, digital bukanlah opsi yang harus di pilih saat dibutuhkan, namun sudah harus ditanamkan dan kita harus mulai bergantung pada digital. 

“Pandemi me-reset siapapun yang memiliki bisnis. Big brand yang tadinya ada di mal-mal besar sekarang dengan digital, it’s doesn’t matter,” kata Damon Hakim, CEO Red Asia Group.

Digital DNA adalah di mana seseorang telah menanamkan jiwa digital dan maju bersama dengan digital di mana pun dan di segala aktivitas apapun termasuk bisnis. Potensi digital yang kian menantang penting untuk kita menanamkan Digital DNA agar bisa mengambil 2 atau 3 langkah ke depan dan tetap unggul dalam kompetisi.

Baca juga : 5 Pilar yang dibutuhkan Saat Membangun Konten

Edwin Yani, Founder Taylor Fine Goods (TFG), brand lokal yang bergerak dalam penjualan travel utility, salah satu yang telah menerapkan Digital DNA pada bisnisnya. TFG memulai usahanya di bidang strap/ tali kamera karena Edwin berprofesi seorang fotografer. Melihat peluang masih sedikitnya penjualan tali strap kamera, 2012 ia mulai membangun bisnisnya dengan modal Rp300 ribu. 

“Waktu itu saya cari tas dan tali kamera yang keren tapi harganya terjangkau belum ada, kalau ada harganya pun Rp3-5 juta, kami sebagai seorang fotografer, harga segitu lebih baik kami investasikan ke lensa. Akhirnya saya coba ke pengrajin tas dan tali kamera. Ternyata dengan Rp300 ribu saya bisa mendapat profit dan harganya jauh dari harga pasar. Akhirnya saya merasa usaha ini harus dilebarkan lagi tidak cuma ke industri fotografi tapi juga ke industri travelling,” kata Edwin.

Berawal dari pemasaran digital via BBM (BlackBerry Messenger) yang sedang hype pada masa itu. Salutnya, hingga saat ini TFG masih konsisten memanfaatkan teknologi digital untuk menjadi pemasaran produk mereka. Selain keyword yang digiatkan pada caption, kekuatan konten pemasaran yang dibangun juga menjadi perhatian tersendiri.

“Teknis pada fotografi itu penting tapi bukan segalanya, karena saat ini kita sangat menggerakkan pemasaran online, berarti kita bicara tentang foto. Itu ujung tombak kita bagaimana memprovokasi dengan foto. Teknis pada foto produk itu penting tapi bukan segalanya, yang penting itu adalah bagaimana foto bisa memprovokasi secara emosi,” tegas Edwin.

Baca juga : 5 Hal yang Dibutuhkan Digital Marketing Saat Ini

Asaf Antariksa seorang produser, dan salah satu founder PABRIK FIKSI, yang bergerak dalam bidang script writing, script doctoring, dan storytelling consultant mengungkap juga adanya hal penting dalam pembuatan content marketing yaitu storytelling.

Storytelling menjadi cara yang ampuh untuk menarik emosi penonton, saat ini. Jadi yang perlu ditargetkan bukanlah informasi. Informasi perlu tetapi lebih dari informasi adalah emosi bagaimana sebuah konten mampu mengetuk emosi dari penonton dan emosi itu seharusnya bersifat lebih mendalam daripada informasi. Itu yang biasanya bertahan lama. Provokatif bagi kami adalah bagaimana membuat storytelling yang dramatisasi atau dramaturginya mampu mengikat emosi penonton,” kata Asaf.

Ketika masuk ke dunia Asaf juga menegaskan strategi promosi yang diterapkan akan berubah karena digital bergerak sangat dinamis. Brand tidak boleh terpaku pada satu peristiwa atau isu di sini brand harus memiliki ciri khas. 

“Semuanya masuk ke dunia digital sehingga jika kita masuk pada strategi promosi, kita akan mengalami yang namanya inflasi data yang begitu banyak. Misalnya, dalam jangka waktu 3 minggu itu siklusnya sudah akan hilang berganti lagi dengan isu yang baru. Jadi apapun konten yang akan masuk ke dunia digital harus memiliki ciri khas dari brand itu sendiri,” kata Asaf.

Baca juga : Lima Alasan Pentingnya Riset Pasar Sebelum Memulai Bisnis

Menanggapi soal inflasi data pada konten sebagai CEO Red Asia Group Damon Hakim, juga menggarisbawahi keberhasilan TFG dan merek hebat terdapat banyak konten menarik dan relevan yang benar-benar terhubung dengan audiens perusahaan. konten menarik dihasilkan karena mereka bisa menyeimbangkan antara intuisi dan data.

“Kita nggak bisa mengandalkan intuisi atau data doang, tapi the winner is mereka yang bisa balance antara data dan intuisi. Create creativity masuk ke dalam kategori intuisi itu, nah data ini bagaikan wortel, sayur dan sebagainya. Sementara intuisi ini bekerja layaknya chef yang masak sayuran ini sebagai apa. Itu yang harus dipegang untuk brand yang akan mulai memasarkan produk, apa yang mereka lihat pada data, harus imbangi dengan the great creativity,” kata Damon.

Digital DNA harus tumbuh bersama di dalam diri pelaku usaha. TFG berhasil tumbuh dari peran media sosial, lalu diasah pada konten marketing yang dibungkus storytelling baik pada kekuatan keyword dan foto, data, dan intuisi yang baik.

TFG mampu menanamkan jiwa digital DNA dengan kesuksesan mereka melihat peluang di dunia digital dan kemampuan menciptakan crowded, merubah mata audience untuk membeli produk lokal dengan standar international. Saat ini TFG berhasil merambah pasar ekspor hingga Singapura dan Malaysia, dan akan fokus ke negara Asia Tenggara lainnya.

Jadi, DigiFriends betapa pentingnya Digital DNA kita ketahui dan terapkan dalam membangun brand. Terus ikuti program Digital DNA di YouTube Digination setiap Jumat pukul 16.00-17.00 WIB (dua minggu sekali).  

  • Editor: Tri Wahono
TAGS
RECOMMENDATION
LATEST ARTICLE