LogoDIGINATION LOGO

5 Pelajaran Bisnis dari Sukses Stan Lee dan Marvel

author Oleh Alfhatin Pratama Kamis, 15 November 2018 | 16:15 WIB
Share
Marvel (shutterstock)
Share

"Selamat jalan, Stan Lee!" Begitu banyak ucapan belasungkawa membanjiri dunia maya atas kepergian Bapak Superhero Marvel itu, dari para tokoh terkemuka hingga netizen atau warganet. Senin (12/11), tepat di usia 95 tahun, laki-laki kelahiran New York, Amerika Serikat (AS), 28 Desember 1922 itu menutup usia karena penyakit Pneunomia yang ia derita.

Tanpa jasa dan kreativitas yang dimilikinya, mungkin kita tidak akan pernah tahu karakter superhero fiksi seperti Fantastic Four (dimunculkan tahun 1961), Hulk, Iron Man, Spiderman, dan Thor (1962). Selanjutnya, Daredevil (1963) dan Black Panther (1966).

Tanpa jasanya juga, mungkin Marvel tidak akan bisa bersaing dengan kompetitor terberatnya, DC. Berkembangnya teknologi membuat keduanya tidak hanya fokus menggarap komik cetak tapi juga merambah ke dunia perfilman. Sekitar tahun 1990-an, Marvel sempat mengalami kebangkrutan. Melihat potensi yang sangat besar, The Walt Disney mengakuisisinya tahun 2009.

Baca juga: Belajar dari Disney, Kekuatan Storytelling dalam Content Marketing

Berdasarkan data UK Finder tahun 2018, DC lebih unggul dibandingkan Marvel karena karakter superheronya lebih sedikit dibandingkan Marvel yang lebih beragam. Tetapi, dalam  jumlah produksi serial televisi, film layar lebar, dan pendapatan, Marvel lebih mendominasi dibandingkan DC.

Nah, buat para pegiat startup, bisa banget memetik pelajaran dari kesuksesan yang telah dicapai Marvel. Digination.id merangkumnya untukmu...

Baca juga: Mau Bikin Startup? Tonton Dulu 5 Film Ini!

Ilustrasi karakter Marvel (shutterstock)
Adaptasi adalah langkah pasti

Marvel didirikan tahun 1934 dengan nama Timely Publications dan awalnya hanya memproduksi komik sebagai hiburan bagi masyarakat di AS. Sekitar tahun 1970-an mereka merambah ke dunia perfilman. Mulai dari TV Series, hingga Iron Man sebagai film layar lebar pertamanya tahun 2008.

Marvel tidak akan mendominasi persaingan dengan DC jika mereka tidak beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Begitu juga dengan startup, beradaptasi lah! Tentunya dengan rencana yang matang untuk bertahan diri agar dapat terus berkompetisi!

Baca juga: Jasa Logistik Nasional Harus Adaptasi Teknologi

Tidak mudah mendapatkan tim yang tepat

Dilansir dari Asian Entrepreneur, Richard Branson mengatakan bahwa jika perusahaan mengelola karyawannya dengan baik, maka karyawan senantiasa menjaga klien perusahaan dengan baik pula.

Marvel menjadi besar karena peran seluruh timnya. Jika melihat daftar sutradara dari film-film Marvel, tidak terlihat nama-nama sutradara terkenal karena Marvel mengutamakan tim yang terbaik, bukan hanya terkenal saja.

Startup harus memiliki strategi perekrutan yang baik untuk membangun sebuah tim yang hebat. Memang tidak mudah untuk mendapatkan tim yang tepat. Namun, jika sudah memilikinya, jangan lupa untuk selalu mengapresiasinya supaya mereka tetap setia.

Baca juga: Bikin Bisnis, Kamu Butuh Hipster, Hacker atau Hustler?

Kolaborasi

Sebuah tim yang hebat tidak akan berkembang jika hanya diam di dalam "cangkangnya" saja dan takut untuk menjelajah lebih jauh. Kesuksesan Marvel tidak akan besar seperti sekarang tanpa hadirnya mitra pendukung. Contohnya, kemitraan Marvel dengan Sony Pictures dibalik suksesnya film Spiderman di layar lebar.

Begitu juga dengan startup, produk bagus tanpa kolaborasi dalam pendistribusiannya tidak akan menemukan pasar yang tepat sehingga keuntunganpun kurang maksimal.

Baca juga: Kolaborasi Untuk Menang? Harus!

Ilustrasi kolaborasi (shutterstock)
Jangan cepat puas

Banyak perusahaan besar jatuh karena mereka cepat puas dengan kesuksesan yang dimiliki dan tidak mampu membuat hal yang lebih kreatif dan inovatif. Tetapi, Marvel tidak seperti itu. Contohnya, setelah merasakan kesuksesan satu film, mereka akan cepat bergerak membuat film-film terbaru. Hal ini dibuktikan juga dengan keberaganan karakter yang dimiliki Marvel.

Startup juga harus mampu melakukan diversifikasi. Ini adalah istilah yang digunakan untuk kegiatan penganekaragaman usaha. Tujuannya untuk menghindari ketergantungan pada satu kegiatan, produk, atau jasa yang diunggulkan.

Baca juga: 3 Mantra Ampuh di Balik Suksesnya Narasi TV

Siap putar balik

Mengetahui kapan harus memutar haluan adalah keputusan yang penting bagi setiap perusahaan. Marvel jelas sangat mengerti hal ini. Contohnya, ketika film Hulk tidak mencapai ekspektasi di layar lebar, Marvel segera menghentikan franchisee-nya. Dalam film The Avangers, Marvel juga pernah mengganti salah satu pemainnya, Erdward Norton, dengan Mark Rufallo. 

Startup harus mencontohnya. Jika bisnis berjalan di tempat atau merasa tidak memiliki potensi yang tinggi, sudah saatnya berani untuk berpindah haluan sebelum menyesal kemudian.

Menarik untuk dicoba, kan?

Baca juga: 6 Tips Bisnis ala Studentpreneur 

  • Editor: Dikdik Taufik Hidayat
  • Sumber: The Asian Entrepreneur
TAGS
RECOMMENDATION

Belajar dari 5 Produk Gagal Google

Google akan menutup Google Plus, satu lagi produk gagal dari raksasa internet tersebut. Apa yang bisa kita pelajari?

Sabtu, 13 Oktober 2018 | 16:20 WIB
LATEST ARTICLE