LogoDIGINATION LOGO

Paul Allen dan Kontribusinya untuk Kemanusiaan

author Oleh Alfhatin Pratama Sabtu, 20 Oktober 2018 | 08:15 WIB
Share
ilustrasi meninggalnya Paul Allen (Shutterstock)
Share

Paul Gardner Allen atau Paul Allen, laki-laki yang lahir 65 tahun silam di Seattle, Washington, Amerika Serikat (AS), tutup usia Senin, (15/10) karena komplikasi penyakit limfoma non-Hodgkin.

Semasa hidupnya, ia dikenal sebagai miliarder, ahli teknologi, sekaligus seorang filantropis. Semasa bersekolah sekitar tahun 1968, di Lakeside School, Seattle, Washington, AS, ia berteman baik dengan Bill Gates. Tahun 1975, mereka mendirikan Microsoft, yang sekarang menjadi perusahaan raksasa piranti lunak. Paul menjadi co-founder sekaligus memiliki berkontribusi besar dalam pengembangan teknologi Microsoft. Sayangnya, tahun 1983, ia meninggalkan Microsoft.

Perjalanan co-founder Microsoft itu tidak berhenti di tempat. Tiga tahun berselang, tepatnya tahun 1986, ia mendirikan Vulcan Inc. Perusahaan yang didirikan bersama saudara perempuannya, Jody Allen ini fokus pada investasi dan manajemen proyek.

Baca juga: Kata Siapa Investor Hanya Ingin Cari Untung?

Logo DreamWorks (Shutterstock)

Selain itu, kecintaannya dalam kesenian membuat Paul juga aktif mensponsori museum, perfilman, dan teater. Tahun 1988, Paul berkontribusi terhadap Seattle Cinerama, sebuah teater di kota kelahirannya. Salah satu yang terkenal adalah kepemilikan 18,5% sahamnya terhadap studio animasi DreamWorks, California, AS.

Semenjak keluar dari Microsoft, Paul giat merambah investasinya di bidang olahraga. Ia memiliki tim american football Seattle Seahawks NFL, tim bola basket Portland Trail Blazers NBA, dan saham pada tim sepakbola Liga Utama AS, Seattle Sounders FC. Tahun 2004, Founder Vulcan Inc. itu mendirikan Flying Heritage and Combat Museum, di Washington, AS. Museum itu menampilkan beberapa pesawat pribadi miliknya. Tahun 2006, ia juga mendirikan Living Computer: Museum and Lab di kota yang sama.

Kontribusinya dalam bidang teknologi dan sains juga besar, khususnya bidang kecerdasan buatan (AI/ artificial intelligence). Paul mendirikan Allen Institut for Brain Science tahun 2003 dengan tujuan mempercepat pemahaman otak manusia dalam kesehatan dan penyakit. Institut ini memiliki data lebih dari 63.000 sel otak manusia dari 13 jenis sel saraf rangsang dan penghambatan.

Baca juga: Kecerdasan Buatan Beri Dampak Luar Biasa di Indonesia dan Asia

Ilustrasi kecerdasan buatan (AI) (shutterstock)

Paul terus melebarkan kontribusinya dalam bidang AI. Tahun 2013, ia mendirikan Allen Institute for Artificial Intelligence (AI2) yang tujuannya untuk mengeksplorasi AI lebih dalam. Dua tahun kemudian, AI2 meluncurkan mesin pencari ilmiah berbasis AI pertama yang mengalahkan Google Scholar, yaitu Semantic Scholar. Dengan platform ini, ilmuwan dapat dengan cepat dan akurat menemukan jurnal ilmiah. Diluncurkan dengan lebih dari 3 juta jurnal dan terus diperbarui ketika jurnal baru diterbitkan. Beberapa proyek AI2 antara lain Mosaic (Proyek penelitian tentang AI), Euclid (AI yang dapat memecahkan masalah matematika dan geometri), Aristo (AI yang dapat memecahkan masalah ilmu sains), dan inkubator startup.

Paul G. Allen semasa hidupnya telah menyumbangkan lebih dari USD2 miliar untuk mendukung penelitian dan inovasi dalam bidang AI, ilmu saraf, sains, teknologi, pendidikan, dan lainnya. Laki-laki yang telah membuat Microsoft jadi perusahaan raksana seperti sekarang ini meninggalkan dampak yang berkelanjutan terhadap kehidupan manusia sekarang dan di masa depan. 

Kamu siap berkontribusi seperti Allen?

Baca juga: Pilih Mana: Akselerator atau Inkubator?

  • Editor: Dikdik Taufik Hidayat
  • Sumber: Psychology Today
TAGS
RECOMMENDATION
LATEST ARTICLE