LogoDIGINATION LOGO

3 Cara Hadapi Quarter Life Crisis, Yap!

author Oleh Aulia Annaisabiru Ermadi Kamis, 31 Januari 2019 | 11:15 WIB
Share
Ilustrasi quarter life crisis (shutterstock)
Share

Memasuki usia 20-an, inilah fase keluar dari masa remaja menuju dewasa. Perubahan fisik, emosi, tingkah laku, mulai terasa. Tanggung jawab yang dipikul pun makin besar. Tak jarang terkadang malah menciptakan rasa cemas, gelisah dan bingung dalam diri. Nah, inilah yang dinamakan quarter life crisis

Apakah kamu sedang berada di fase ini? Jangan khawatir, kamu nggak sendiri kok. Survei dari LinkedIn melaporkan bahwa 75% generasi millenial mengalami hal yang sama. Karir, jodoh dan keuangan ditengarai menjadi latar belakang krisis ini.

Untuk kamu yang sedang mengalami masa ini, ada beberapa strategi yang bisa dicoba untuk menghadapinya. Mmm, apa aja, ya?

Baca juga: Gaya Maksimal dengan 5 Produk Lokal Ala Millenial

Ilustrasi merencanakan keuangan (shutterstock)
1.  Rencanakan keuangan

Tuntutan menjadi dewasa adalah mandiri secara finansial. Kemandirian finansial seakan menjadi tolak ukur kesuksesan seseorang. Memiliki rumah, mobil dan smartphone keluaran terbaru menjadi standar pencapaian hal ini di kalangan usia 20-an. 

Karenanya mulai hari ini atur rencana keuangan, terutama jika kamu seorang entrepreneur. Ketahui penghasilan bersih dan buatlah perkiraan pengeluaran per bulan. Mengontrol keuangan dan menghitung setiap rupiah yang ada di dompet dapat membantumu mencapai tujuan keuangan di masa depan.

 

2. Pergi rekreasi

Salah satu pemicu krisis di usia seperempat abad ini adalah karir dan pekerjaan. Sekalipun kamu CEO, untuk melalui krisis ini, butuh berhenti sejenak dari rutinitas pekerjaan. Jalan-jalan keluar kantor, rekreasi atau sekadar duduk di taman dapat membuatmu merasa rileks dan bersemangat kembali. Hasil penelitian psikolog Matthew Zawadzki menyatakan bahwa melakukan hobi dan rekreasi dapat membantu menghilangkan stres. Plus, berdampak baik untuk kesehatan tubuhmu.

Ilustrasi bercerita dengan orang lain (shutterstock)
3. Berbagi cerita dengan orang lain

Bercerita kepada psikolog, keluarga atau teman yang kamu percaya akan membantu mendapatkan perspektif baru dalam melihat masalah ini. Selain itu mereka akan membantu mencari solusi, memberikan support, dan membuatmu merasa lega dan diperhatikan.

Tenang, krisis ini lama kelamaan akan berlalu. Ini adalah bagian dari fase kehidupan. Be grateful, and enjoy your crisis!

Baca juga: Mahasiswa dan Pengusaha Harus Melek Literasi Keuangan

  • Editor: Dikdik Taufik Hidayat
  • Sumber: Entrepreneur, Huffington Post
TAGS
RECOMMENDATION

Hobi Anak Millennial Bisa Jadi Ladang Bisnis

Kehadiran era digital marketing yang ditandai dengan semakin dimanfaatkannya teknologi, inovasi, kanal komunikasi telah mengubah tatanan dan menghapus banyak batasan

Kamis, 9 November 2017 | 17:41 WIB
LATEST ARTICLE