LogoDIGINATION LOGO

Mantab! Nih, Power of Bisnis Emak-Emak

author Oleh Wicak Hidayat Selasa, 25 September 2018 | 16:30 WIB
Share
ilustrasi emak-emak (Shutterstock)
Share

Afrakids adalah merek busana muslim bagi anak-anak dengan produk utama kaos. Saat ini merek tersebut sudah menjangkau seluruh Indonesia dengan lebih dari 1.700 agen penjualan dan 30.000 reseller. Agen-agen terbaik mereka bahkan bisa mencapai penjualan Rp100-200 juta per bulan.

Di balik sukses yang luar biasa itu, ternyata ada kekuatan dahsyat para emak-emak.

Sebelum menggunakan merek Afrakids, awalnya para pendiri perusahaan ini mencoba sistem berjualan langsung ke konsumen. Dengan modal Rp 30 juta, Maula dan rekan-rekannya memproduksi 2.000 lembar kaos untuk anak dengan merek Little Muslim. Setelah berbulan-bulan melakukan upaya keras, produk tersebut hanya mampu mencapai break even point (BEP) dan tidak menghasilkan laba.

“Orang lain mungkin akan mengatakan, wah cuma BEP, berarti tidak terbukti, nih bisnisnya,” ujar Muhammad Maula Nuruddin Al Haq, salah satu pendiri Afrakids saat ditemui Digination.id di kantor pusat Afrakids di Pasir Putih, Depok. Namun Ia tidak menyerah. Little Muslim itu kemudian berubah jadi Afrakids. Perubahan nama itu dilakukan juga karena sistemnya berubah. Dari penjualan langsung ke konsumen, mereka kemudian mencoba sistem keagenan.

“Waktu mulai, kami berasumsi, agen ini akan datang dari mahasiswa baru lulus yang ingin mendapatkan penghasilan. Kisaran usianyaa baru lulus kuliah sampai 35-an, lah,” kata pria berambut gondrong ini.

Baca juga: Seperti Apa Batik Eksklusif Ibu-Ibu Pulogebang?

Muhammad Maula Nuruddin Al Haq, salah satu founder Afrakids (Hes Hidayat/Digination.id)

Power of Emak-Emak

Rupanya, data menunjukkan fakta yang berbeda dari asumsi awal. Kebanyakan agen awal Afrakids adalah ibu-ibu. Pria murah senyum dan pendiri yang lainnya pun mengerahkan energi mereka untuk merangkul sebanyak mungkin agen dari kalangan ibu-ibu alias emak-emak. Bukan hanya umur, asumsi yang diuji juga mencakup afiliasi dan wilayah geografis. Setelah mencoba dan melihat data, asumsi itu terus dipertajam hingga mencapai formula yang paling tepat.

Yap, kalau berbisnis, jangan takut untuk membuat asumsi lalu mematahkan asumsi itu dan menyusunnya kembali. Proses ini bahkan bisa dilakukan setiap saat, tanpa perlu menunggu siklus berbulan-bulan. Akhirnya setelah mendapatkan kepastian soal sistem agen tersebut, tim Afrakids kembali mencoba hal lain. Ketika itu, sambungnya, mereka ingin mengajarkan proses digital marketing pada para agen.

“Saat itu mereka berjualan kebanyakan offline saja, dari orang ke orang atau dari pengajian ke pengajian. Kenapa nggak diajarkan digital marketing biar bisa lebih luas pasarnya?” ujarnya.

Rupanya asumsi tersebut kembali terpatahkan. Dari sekitar 30-an agen pada saat itu, hanya segelintir saja yang mau mendaftar pelatihan digital marketing. Lebih parahnya lagi, hampir semuanya tidak menyukai apa yang diajarkan.

“Menurut mereka itu terlalu ribet, terlalu susah buat mereka terapkan. Karena (saat itu) mereka belum akrab sama sekali dengan komputer, bahkan ada yang belum tahu apa itu browser,” kata pria ramah ini.

Baca juga: Memanfaatkan Kekuatan Media Sosial untuk Marketing

Salah satu produk Afrakids yang populer (Dok. Afrakids)

Jangan Takut Berubah Arah

Akhirnya Afrakids kembali ubah haluan. Dari niatan mengajarkan digital marketing pada para agen, mereka mengajarkan cara menangani pesanan konsumen menggunakan gadget. Ibaratnya, menjadi customer service dan melakukan closing untuk penjualan.

Sisi digital marketing-nya bagaimana? Hal itu dilakukan oleh tim khusus di Afrakids. Tim yang kemudian konsentrasi mengarahkan penjualan ke agen-agen Afrakids melalui berbagai metode pemasaran digital.

Di sini, peran data kembali menjadi penting. Tim digital marketing Afrakids kini memiliki sebuah dashboard yang terpasang di tengah ruangan. Ini digunakan untuk memantau penjualan dan efektivitas kampanye pemasaran mereka. Beberapa hal, iklan di Facebook misalnya, harus dipantau secara real time agar tidak membuang-buang dana untuk iklan yang tidak efektif.

Pola yang berpusat pada para agen ini kemudian diterapkan juga saat Afrakids memperluas sistem keagenan menjadi sistem reseller. Rekrutmen reseller dilakukan dengan cara-cara digital marketing oleh tim di kantor pusat untuk diarahkan ke para agen yang bersedia memiliki reseller.

Cara mengembangkan bisnis dengan memanfaatkan data terbukti jitu untuk memperluas distribusi Afrakids hingga kini mencapai 1.700 agen penjualan dan 30.000 reseller. The power of emak-emak dahsyat juga ya?

Mantab!

Baca juga: Pengusaha E-Commerce, Jangan Remehkan Potensi Ibu Rumah Tangga

  • Editor: Dikdik Taufik Hidayat
TAGS
RECOMMENDATION

3 Tantangan Utama Pebisnis Lokal

Ekonomi akan terus tumbuh dan menguat. Hal ini tentu saja akan berdampak pada bisnis lokal. Apa saja yang akan berubah?

Kamis, 23 Agustus 2018 | 16:15 WIB
LATEST ARTICLE

Tips Hemat Naik Pesawat

berikut tips agar bisa lebih hemat naik pesawat domestik di Indonesia!

Selasa, 9 April 2024 | 11:39 WIB