Ketika Para Founder Startup Gen Z Umumkan Pendanaan melalui TikTok
Inilah tren baru di kalangan founder startup yang datang dari Gen Z. Untuk membuat pengumuman pendanaan, mereka tidak lagi membuat siaran pers resmi.
Minggu, 29 Juni 2025 | 13:26 WIB
Beberapa tahun terakhir, AI berkembang pesat dan mulai merambah berbagai sektor, termasuk industri kreatif. Dari penulisan, desain visual, hingga editing video, semuanya bisa dibantu, bahkan digantikan, oleh teknologi berbasis kecerdasan buatan.
Perkembangan ini tidak datang secara tiba-tiba. Dorongan besar muncul dari tren media sosial yang serba cepat dan visual, di mana content creator dituntut memproduksi konten yang cepat, konsisten, dan tetap engaging. Jika dikerjakan secara manual, tentu hal ini jadi tantangan tersendiri.
Di tengah pasar digital yang makin kompetitif, brand dan individu berlomba jadi yang paling relevan. Teknologi AI pun mulai dilirik sebagai solusi untuk tetap bersaing dan efisien di tengah banjir konten yang terus bermunculan.
Baca juga: Dikira Andy Byron yang CEO Astronomer, Founder Perusahaan Design Ini Menang Banyak di LinkedIn
Namun, sejauh mana tools AI bisa dilibatkan dalam proses kreatif? Gimana reaksi para pelaku industri terhadap penggunaannya?
AI, Asisten Kreatif di Balik Layar
Di balik konten-konten menarik di media sosial, ada tools AI seperti Jasper, Canva AI, Descript, dan Runway yang membantu kreator dari menulis naskah sampai editing audio visual. Manfaatnya makin terasa, apalagi bagi kreator independen yang mengurus segalanya sendiri.
Menurut laporan Mostar dan Almaata, AI bukan cuma mempercepat proses tapi juga bikin kreator bisa fokus ke ide dan strategi. Lintas.net.id juga mencatat lonjakan penggunaan AI di kalangan kreator pemula karena simpel dan hemat biaya.
Dengan bantuan ini, produksi konten pun bisa terasa lebih ringan tanpa mengorbankan kualitas.
Kreator Jadi Terancam?
Meski membantu, kehadiran tools AI juga memunculkan kekhawatiran,yaitu apakah tenaga manusia masih dibutuhkan? Apalagi dengan siklus konten di TikTok, YouTube Shorts, dan Instagram Reels yang supercepat. Tools otomatisasi jadi andalan untuk tetap relevan tanpa kelelahan.
AI Generatif sekarang tidak hanya meniru, tapi juga bisa belajar dari pola dan selera audiens. Kombinasi antara kebutuhan pasar dan kemampuan teknologi inilah yang bikin AI makin pede masuk ke ranah kreatif.
Baca juga: Pentingnya Literasi Data bagi Fresh Graduate dan Career Switcher
Saat algoritma bisa bikin konten cepat dan rapi, banyak content creator mulai mempertanyakan posisi mereka. Laporan dari CISAC bahkan menyebut AI bisa mengancam pendapatan kreator global karena karya mesin mulai menyaingi orisinalitas manusia.
Di lapangan, beberapa brand mulai memangkas anggaran kreatif dan menggantinya dengan AI. Menurut riset RSVAgency, tren ini nyata dalam dua tahun terakhir, khususnya di sektor digital marketing. AI mengganti pekerjaan manusia, bukan lagi hanya membantu.
Hal ini bikin banyak pelaku industri mulai merasa was-was. Bukan cuma karena kehilangan job, tapi karena identitas karyanya pun perlahan mulai diambil alih mesin.
Manfaatkan untuk Membantu dan Berkolaborasi
Tidak perlu khawatir bahwa AI mengganti pekerjaan manusia. AI tools bukan musuh. Jika dimanfaatkan dengan bijak, teknologi ini bisa jadi mitra kerja yang powerful. Kuncinya: tahu mana yang bisa didelegasikan, mana yang harus ditangani sendiri.
Ide cerita, sudut pandang, dan nilai emosional tetap bergantung pada kepekaan kreator. Sedangkan teknis seperti transkrip atau visual dasar, bisa dikerjakan AI untuk efisiensi.
Para kreator tetap perlu menguasai proses kreatif dari awal sampai akhir. AI boleh membantu, tapi jangan sampai mengambil alih. Dengan begitu, sentuhan manusianya tetap terasa.
Tantangannya sekarang justru di manusianya sendiri: apakah Digifriends siap belajar agar bisa berkembang seiring kemajuan teknologi? Kolaborasi ini butuh adaptasi dan mengerti cara kerja AI, tahu batasannya, dan tetap kreatif.
Baca juga: Strava Perbarui UX, Memudahkan Kamu Memilih Jenis Olahraga dan Navigasi
Banyak kreator sudah membuktikan kolaborasi ini bisa jadi strategi jitu. Contohnya, ilustrator yang pakai AI buat referensi komposisi, tapi tetap finishing dengan tangan sendiri. Tools AI membantu efisiensi, sedangkan manusia memegang estetika. Sinergi semacam ini membuktikan teknologi bukan buat menggantikan rasa, tapi mempercepat langkah menuju karya yang lebih matang.
Intinya, daripada bersaing, kenapa tidak kolaborasi saja? AI mengurus yang berat, sedangkan kreator fokus sama hal-hal yang bikin karya mereka makna.
Kecanggihan AI memang bikin segalanya lebih praktis. Tapi konten yang menyentuh tetap butuh sentuhan manusia. Proses kreatif itu tentang intuisi, pengalaman, dan sesuatu yang belum tentu bisa dipahami mesin.
Selama manusia masih memegang kendali, AI akan tetap jadi alat, bukan pengganti. Kreator tetap dibutuhkan, bukan cuma buat bikin karya, tapi juga menjaga maknanya tetap hidup.
Namun di balik semua kemudahan, ada tanggung jawab besar yang tidak boleh dilupakan. Content creator bukan cuma memproduksi konten, tapi juga membawa nilai dan opini publik. Maka penting untuk terus berpikir kritis, bukan cuma soal hasil, tapi juga proses: apa yang dipakai, kenapa, dan untuk siapa.
Jadi, ancaman bahwa AI mengganti pekerjaan manusia seharusnya bisa dialihkan menjadi rekan kerja. Yang penting, kita tahu batas, tahu peran, dan tidak lupa, siapa sebenarnya yang bercerita.
Inilah tren baru di kalangan founder startup yang datang dari Gen Z. Untuk membuat pengumuman pendanaan, mereka tidak lagi membuat siaran pers resmi.
Minggu, 29 Juni 2025 | 13:26 WIB
Berikut Daftar Password Paling Umum Dibobol Hacker:
Senin, 30 Juni 2025 | 10:25 WIB
Microsoft resmi mengumumkan pada karyawan divisi gaming bahwa akan dilakukan pengurangan karyawan sebesar 10%, atau sekitar 200 orang.
Senin, 7 Juli 2025 | 10:00 WIB
Polri memperkenalkan robot humanoid dan robot quadruped (i-K9), yang siap jadi rekan kerja Polri terutama dalam situasi beresiko tinggi. Apa saja fiturnya?
Kamis, 10 Juli 2025 | 11:51 WIB
Lewis Hamilton membuktikan bahwa menjadi pembalap F1 nggak cukup hanya menang di lintasan, tapi juga memiliki personal brand yang membawa perubahan nyata di dunia.
Rabu, 16 Juli 2025 | 15:37 WIB
Dengan segala kecanggihannya, Meta AI di WhatsApp membuat aktivitas chatting kamu makin praktis, kreatif, dan efisien. Yuk kita bedah fitur-fiturnya!
Kamis, 17 Juli 2025 | 11:43 WIB
IHC dan ICC resmi memperkenalkan platform otaQku. Apa itu?
Kamis, 17 Juli 2025 | 17:32 WIB
Film Sore: Istri dari Masa Depan menggunakan strategi digital marketing yang cermat sehingga mampu menciptakan traffic yang organik dan menjangkau jutaan penonton.
Minggu, 14 September 2025 | 09:56 WIB
Hanya beberapa jam setelah berita tewasnya Affan Kurniawan beredar di media massa, pihak Grab Indonesia dan Gojek mengeluarkan pernyataan resminya. Hal ini merupakan strategi komunikasi krisis yang tepat.
Minggu, 31 Agustus 2025 | 08:43 WIB
Di balik konten-konten menarik di media sosial, ada tools AI seperti Jasper, Canva, Descript, dan Runway. Kalau sudah begini, apakah tenaga manusia masih dibutuhkan?
Kamis, 24 Juli 2025 | 15:09 WIB
Lewis Hamilton membuktikan bahwa menjadi pembalap F1 nggak cukup hanya menang di lintasan, tapi juga memiliki personal brand yang membawa perubahan nyata di dunia.
Rabu, 16 Juli 2025 | 15:37 WIB
Menurut survei dari Credit Karma, 49% dari Gen Z merasa menabung untuk masa depan tidak ada gunanya. Padahal, informasi tentang cara mengelola keuangan ada di mana-mana!
Minggu, 22 Juni 2025 | 13:10 WIB
Setiap pemimpin pasti ingin memegang teguh norma-norma perusahaan. Namun tidak begitu dengan CEO Airbnb Brian Chesky, yang punya cara sendiri untuk menjalankan perusahaannya.
Jumat, 23 Mei 2025 | 14:48 WIB
Beberapa chatbot canggih, seperti ChatGPT Grok, dan Gemini, diminta untuk memprediksi kandidat terkuat untuk menggantikan Paus Fransiskus.
Jumat, 25 April 2025 | 12:52 WIB
Di tengah deretan film-film animasi dengan budget raksasa, Flow datang dengan modal software gratisan yang “cuma” menghabiskan 3,5 juta dollar AS.
Kamis, 20 Maret 2025 | 18:08 WIB
Berikut adalah beberapa cara bagaimana Excel dapat membantu meningkatkan efektivitas kerja:
Jumat, 20 September 2024 | 10:29 WIB
Apa dampak thrifting bagi fesyen Indonesia. Simak artikelnya
Jumat, 24 Maret 2023 | 16:20 WIB
Aplikasi zoom masih digunakan saat sekolah tatap muka nggak ya?
Jumat, 8 Januari 2021 | 06:56 WIB
Persiapkan dirimu dengan Data Science di 2021
Sabtu, 26 Desember 2020 | 12:32 WIB
Transformasi digital tidak bisa lepas dari pengelolaan data.
Jumat, 18 Desember 2020 | 09:31 WIB
Digination x DQLab untuk Data Science. Kenalan dulu yuk!
Jumat, 11 Desember 2020 | 09:48 WIB
Bagaimana brand luxury bisa 'relevan' di masa pandemi ini?
Jumat, 30 Oktober 2020 | 10:20 WIB