LogoDIGINATION LOGO

Investor Ambil Ancang-Ancang Bidik Startup Bitcoin di 2018

author Oleh Desy Yuliastuti Selasa, 7 November 2017 | 11:59 WIB
Share
Bitcoin dan teknologi digital (blockchain) belakangan kian populer di dunia bahkan di Indonesia
Share

Bitcoin dan teknologi digital (blockchain) belakangan kian populer di dunia bahkan di Indonesia. Tren ini menarik perhatian investor startup untuk mengambil ancang-ancang sektor mana saja yang akan dibidik pada 2018.

Skystar Capital misalnya, bersiap membidik empat sektor potensial untuk didanai pada 2018. Pertama blockchain karena tingginya minat masyarakat lantaran harga jual bitcoin semakin tinggi.

“Bitcoin, ICO (Initial Coin Offering) ada 92, ada lebih dari US$ 1,2 miliar yang dihimpun. Bahkan data ini terus bertambah. Tahun depan bisa mendekati US$ 2 miliar. Minimal secara global uang yang terhimpun melalui ICO sudah melewati Capital Ventures dan Angel Money pada Juli 2017 secara global,” terang Associate Director Skystar Capital, William Eka pada Selasa (7/11) di Jakarta.

William menagatakan, teknologi blockchain akan makin populer di 2018 terutama di Indonesia karena pasarnya cocok dengan sektor yang perlu banyak verifikasi. Orang Indonesia cenderung tidak percaya dengan transaksi yang berinteraksi di kantor atau di pemerintah.

“Dua atau tiga tahun lagi mungkin makin populer voting lewat blockchain technology, shipping logistic, dan mata uang di industri tertentu, semua bisa diaplikasikan. Yang terpenting adalah multi vendor, tepercaya, dan ada garansinya,” kataWilliam.

Salah satu pemain blockchain yang sudah matang adalah OmiseGo asal Thailand dan sudah mulai beroperasi di Indonesia. Sementara untuk startup lokal sendiri belum terlihat.

Kedua, sektor financial technology yang masih akan merajai. Prospeknya yakni payment, lending, insurtech, dan di e-commerce installment lending.

“Mandiri sudah meluncurkan Mandiri Capital Indonesia dengan US $ 37 juta. BCA juga meluncurkan Central Capital Ventura dengan US $ 15 juta. Hal ini karena fintech punya pasar yang besar dan pemainnya baru sedikit,” ungkap William.

Ketiga, Artificial Intelligent (AI), yakni teknologi untuk membantu algoritma otomatis. Potensi AI di Indonesia besar terutama untuk transaksi via social commerce, social chatbot untuk berbelanja.

“Kami lihat beberapa pemain sudah menerapkan hal ini dengan baik. Bahkan ada di dalam perusahaan e-commerce yang mengembangkan artificial intelligent sendiri,” ungkap William.

Keempat, sektor E-commerce 2.0, yaitu end-to-end e-commerce solution dengan cross selling opportunity dengan target, misalnya HijUp. Menurutnya, E-commerce 2.0 menjadi penting untuk membedakan bagaimana memberikan servis-servis baru dan cross selling, bukan hanya perang diskon saja,

“Tidak gampang Tokopedia atau Bukalapak mengambil market yang sudah ada komunitasnya dan branding dari website-nya tersebut. Contoh perusahaan yang cocok buat ini seperti Carro dan Laku6,” pungkasnya.

  • Editor: Wicak Hidayat
TAGS
LATEST ARTICLE

Tips Hemat Naik Pesawat

berikut tips agar bisa lebih hemat naik pesawat domestik di Indonesia!

Selasa, 9 April 2024 | 11:39 WIB