LogoDIGINATION LOGO

CEO Spotify Jadi Miliarder Muda, Kok Bisa?

author Oleh Sukindar Senin, 9 April 2018 | 03:24 WIB
Share
Apakah kesuksesan berasal dari hal yang tiba-tiba? Tentu banyak orang akan menjawab tidak
Share

Apakah kesuksesan berasal dari hal yang tiba-tiba? Tentu banyak orang akan menjawab tidak. Setiap kesuksesan memerlukan proses yang sangat panjang, pendiri Spotify salah satu buktinya.

Dilansir melalui halaman CNBC, pendiri sekaligus CEO dari Spotify, Daniel Ek masih berusia 35 tahun saat tercatat sebagai miliader baru.

Perusahaan streaming musik miliknya memiliki valuasi lebih dari 26 miliar dolar pada hari Selasa dengan direct listing yang sangat besar.

Dilihat dari valuasi perusahaannya tersebut, sekitar sembilan persen saham Ek memiliki nilai yang bisa mendekati angka 2,5 miliar dolar.

Ek memang bukan orang yang cukup asing dengan keberhasilan semacam ini. Di usia ke-23 tahun, Ek bahkan telah menjadi seorang jutawan, dua tahun sebelum Spotify diluncurkan.

Pendiri kelahiran Swedia ini memang telah akrab dengan bisnis teknologi semenjak usia remaja, yang pada saat itu memulainya dengan belajar coding secara mandiri.

Kepopuleran dot-com di akhir 1990-an, membuat Ek memiliki bisnis sampingan berupa pengembangan website perusahaan, dan bahkan hampir mendapatkan 50.000 dolar dalam sebulan kala itu.

Bisnisnya ini bahkan tidak diketahui oleh orang tuanya. Orang tuanya baru menyadari ketika Ek mengoleksi gitar mahal dan video game.

Di sekitar waktu yang sama, Ek bertemu dengan pendiri Napster yang juga investor Spotify saat ini, Sean Parker, melalui percakapan online, yang akhirnya bertemu langsung pada tahun 2009.

Baca Juga:
4 Buku Rahasia Kepemimpinan CEO Dropbox

Di enam belas tahun umurnya, Ek merasa bisnisnya membosankan, meskipun memiliki pendapatan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan mekanik ayahnya.

Dia mulai mempekerjakan beberapa programmer. Dan di usia ke delapan belas tahunnya, dia telah memiliki tim dengan jumlah 25 orang.

Pada saat itu juga, Otoritas Pajak Swedia mulai menyadari bisnisnya, dan menyatakan bisnis Ek berhutang beberapa ratus ribu pajak.

Tahun 2002, Ek lulus dari sekolah menengahnya, kemudian memilih melanjutkan ke Royal Institute of Technology di Swedia untuk belajar tentang teknik.

Namun hanya dalam delapan minggu, Ek keluar dari kampusnya dan menemukan pekerjaan pada beberapa perusahaan teknologi.

Termasuk di dalamnya adalah situs e-commerce Tradera yang telah dibeli eBay dan perusahaan game online terkait fashion Stardoll.

Namun pada akhirnya, Ek membangun perusahaan e-commerce miliknya sendiri, dengan nama Advertigo, yang dijualnya kepada TradeDoubler di tahun 2006.

Di usia ke-23 tahunnya ini, Ek kemudian memutuskan untuk berhenti dari bisnisnya, dan memilih membeli apartemen mewah lengkap dengan mobil Ferrari.

Akan tetapi, Gaya hidup baru tersebut diakuinya sangat membuatnya tertekan. Dia sadar, teman-teman perempuannya bukan orang baik waktu itu.

Tidak ada teman sejati baginya saat itu. Menurutnya, mereka hanya akan ada di waktu senang, namun akan menghilang dengan sekejap di waktu susahnya.

Ek kemudian sadar bahwa uang bukan masalah baginya, sepanjang dia mengerjakan sesuatu yang disukainya. Ek akhirnya menemukan musik dan teknologi sebagai passion-nya.

Baca Juga:
Profit Bukan Tanda Sukses Startup?

Pada akhir 2006, Ek berkolaborasi dengan Martin Lorentzon, yakni co-founder dari TradeDoubler, untuk mengembangkan Spotify.

Sebagai inspirasi, mereka menggunakan Napster dengan berusaha menghindari permasalahan terkait pembajakan dan mencari izin dari perusahaan rekaman.

Layanan streaming musik tersebut akhirnya mengudara pada tahun 2008, setelah Ek menghabiskan dua tahun untuk membangun layanan dan mendapatkan izin dari artis dan label rekaman.

Tidak semudah yang kita bayangkan, Spotify bahkan baru bisa masuk Amerika Serikat pada tahun 2011, setelah mengantongi lisensi internasional untuk musik-musiknya.

Tidak hanya itu, perusahaan ini harus menghadapi perselisihan dengan label rekaman dan artis, serta persaingan ketat dengan Apple.

CNCB menyebutkan pengguna Spotify telah mencapai 160 juta pengguna saat ini, dengan 71 juta sebagai pelanggan premium.

Bahkan, perusahaan tersebut diklaim memiliki 36 persen pasar streaming musik, yang notabene lebih besar dari pesaingnya.

Dan menariknya, beberapa analis mempercayai bahwa Spotify dapat menggandakan jumlah pelanggan premiumnya pada tahun 2020.

Bagi Ek, masa-masa ini masih belum menjadi puncak dari kejayaan Spotify, tapi masih menjadi tahap awal bagi perusahaan tersebut.

  • Editor: Wicak Hidayat
  • Sumber: CNBC
TAGS
LATEST ARTICLE

Tips Hemat Naik Pesawat

berikut tips agar bisa lebih hemat naik pesawat domestik di Indonesia!

Selasa, 9 April 2024 | 11:39 WIB