LogoDIGINATION LOGO

Ini Pelajaran Strategi Pemasaran dari Starbucks Kaleng

author Oleh Nur Shinta Dewi Senin, 26 September 2022 | 18:43 WIB
Share
Share

 

DigiFriends, sudah coba Starbucks versi ekonomis ? 

Baru-baru ini pecinta kopi dihebohkan dengan hadirnya kopi Starbucks versi kaleng di supermarket di Indonesia. Versi kaleng ini memiliki ukuran 220 ml dengan harga sekitar Rp 15.000.

Lantas kenapa ya Starbucks keluarkan versi ekonomis?

Starbucks versi kaleng ini dikeluarkan oleh PT Nestle. Dikutip dari Detik Food. Aktivis brand lokal Arto Biantoro mengatakan kolaborasi Starbucks dengan perusahaan ritel besar, Nestle, menjadi faktor utama Starbucks membangun Starbucks ukuran kaleng.

“Kalau nggak salah, lewat kerja sama dengan Nestle setahu saya, di tahun 2018 itu, kerja sama ini kemudian menghasilkan apa yang kita lihat sekarang. Pabriknya ada di Indonesia. Jadi proses produksinya murah, harga jualnya bisa lebih kompetitif," katanya.

Benar saja, di Indonesia sendiri Starbucks dikenal sebagai coffee shop dengan harga yang relatif mahal. Umumnya penikmat kopi harus merogoh kocek lebih dari Rp40 ribu segelasnya. 

Meski sebelumnya Starbucks pernah meluncurkan minuman ready to drink dalam kemasan botol kaca. Hanya saja pada saat itu harganya masih mahal. Langkah ini dianggap kurang berhasil karena menyamai harga kopi Starbucks yang dibeli di gerainya langsung. Pada kerjasama antara Starbucks dan PT Nestle kali ini memungkinkan Starbucks kalengan bisa sukses di pasaran dengan harga jual lebih murah. 

Baca juga : Belajar dari Starbucks, Tidak Goyah di Tengah Pandemi Berkat Teknologi

Mengingat keberhasilan Starbucks kaleng ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil, simak artikelnya!

Menarik pembeli sesuai Demografi Indonesia

Strategi Starbucks untuk menciptakan kemasan kaleng sangat tepat melihat demografi dan karakteristik mayoritas di Indonesia. Dikutip dari Katadata, hasil Sensus Penduduk 2020 menunjukkan penduduk Indonesia didominasi Generasi Z (1997 hingga 2012). Total terdapat 74,93 juta atau 27,94% dari total penduduk Indonesia. 

Katadata mengungkap Gen Z memiliki karakteristik yang berbeda dengan generasi millennials dan baby boomer. Gen Z memiliki karakter yang menggemari teknologi, fleksibel, lebih cerdas, dan toleran pada perbedaan budaya. Generasi ini juga diketahui memiliki karakter yang menyukai budaya instan dan kurang peka terhadap esensi privat.

Kemasan kaleng dianggap dapat memenuhi kebutuhan Gen Z yang serba instan. Gen Z tidak perlu lama mengantri di coffee shop, dan menunggu barista menyiapkan pesanan. Kemasan kaleng dapat memenuhi Gen Z yang produktif. 

The Power of Branding

Keberhasilan Starbucks kemasan kaleng tidak jauh dari the power of branding. Logo merupakan pesona yang kuat dari sebuah brand untuk membangun hubungan dengan target pembeli.

Dikutip dari Quora.com logo Starbucks pertama kali diciptakan pada tahun 1971. Dalam logo Starbuck diambil dari makhluk mitos dari Yunani bernama Siren. Berdasarkan mitos Yunani, Siren ini merupakan makhluk yang biasa merayu para pelaut. Makna logo itu sendiri diharapkan bisa memesona dan menyihir para pecinta kopi untuk mampir.

Dipertahankannya logo Starbucks di kemasan kaleng memiliki value tersendiri untuk pemasaran. Strategi ini digunakan untuk mempertahankan pasar yang ada.

Baca juga : UKM Go IPO, Ini yang Harus Disiapkan!

Co-Branding Benefits

Co-Branding PT Nestle dan Starbucks menghadirkan konvergensi horizontal. Starbucks dengan sisi kopi eksklusif  dan Nestle dengan sisi ekonomis namun dipercaya memiliki gizi seimbang pada setiap produk mereka. Co-branding sendiri merupakan cara yang efektif bagi perusahaan untuk menggabungkan kekuatan, mengarah pada peningkatan keuntungan merek, serta mengurangi biaya dan risiko antar perusahaan. 

Banyak perusahaan menggunakan metode ini untuk menciptakan produk dan menjangkau pasar konsumen baru. Co-Branding juga dipercaya menghadirkan benefit pada merek. Berikut manfaatnya :

1. Reduce Cost

  • Mengeluarkan merek yang ada
  • Pengeluaran bisa diatasi bersama

2. Reduce Risk 

  • Menggunakan merek yang sudah dikenal
  • Brand sudah terbukti berkualitas tinggi

3. Access New Markets

Menggunakan hubungan dan kompetensi dari merek yang dijadikan mitra

4. Spillovers Effect

Transfer keuntungan antara mitra merek dan kesempatan baru

Langkah co-branding Starbucks dan PT Nestle dianggap tepat karena dapat meningkatkan revenue dan value kedua perusahaan. Diluar value branding perusahaan dan tren market saat ini, bergabungnya Starbucks dan PT Nestle bisa menjadi contoh bagi banyak perusahaan.

  • Editor: Nur Shinta Dewi
TAGS
LATEST ARTICLE

Tips Hemat Naik Pesawat

berikut tips agar bisa lebih hemat naik pesawat domestik di Indonesia!

Selasa, 9 April 2024 | 11:39 WIB