LogoDIGINATION LOGO

Gabung Go-Food, Jajanan Kaki Lima Jadi Setara Resto

author Oleh Desy Yuliastuti Senin, 15 Januari 2018 | 09:12 WIB
Share
PerkembanganGo-Food menjadi salah satu layanan antar makanan terbesar di dunia turut dibarengi kemajuan usaha pelaku UMKM di sektor kuliner
Share

PerkembanganGo-Food menjadi salah satu layanan antar makanan terbesar di dunia turut dibarengi kemajuan usaha pelaku UMKM di sektor kuliner.

“Semua orang bisa buka bisnis kuliner dan memiliki layanan delivery service sendiri. Hanya butuh bakat masak dan buka toko digital. Merchant tidak usah memikirkan urusan delivery karena semua driver Go-Jek bisa antar. Kedua, membantu pelayanan ke Go-Food ke customer agar makanan lebih cepat sampai rumah,” kata Catherine Hindra Sutjahyo, Chief Commercial Expansion Go-Jek.

Tiwu Rayie, pemilik Dapur MTW, catering rumahan khusus menu masakan Indonesia mengakui terbantu setelah bergabung dengan Go-Food selama dua tahun.

“Dapur MTW awalnya home kitchen. Sebelum ada Go-Food kita menggunakan Go-Jek yang fungsinya jadi Go-Send padahal saat itu juga belum ada Go-Send, masih manual kita pesan driver-nya. Adanya Go-Food itu sangat memudahkan Dapur MTW, selama kerja sama dengan Go-Jek sangat menguntungkan buat bisnis kita sendiri,” kata Tiwu.

Di sisi lain, ada lonjakan omzet yang diperoleh, seperti yang dialami Temmy penjual Cirengcrispi  di daerah Mampang  yang omzetnya naik setelah bergabung dengan Go-Food.

“Kita buka dari pagi sampai jam tujuh malam. Kalau full ramai seharian bisa dua juta. Kalau hari biasa Rp600-700 ribu dapat. Sebelum ikut Go-Food sehari paling 300 ribuan,” katanya.

-

Menariknya, Go-Food ternyata menimbulkan pergeseran gaya hidup dan perilaku yang didominasi kelas menengah atas. CEO PT Go-Jek Indonesia, Nadiem Makarim menceritakan sebelum adanya Go-Food kelas menengah atas enggan jajan di pinggir jalan.

“Satu hal yang luar biasa, tadinya orang kelas menengah ke atas tidak mampir ke warung dan nongkrong di situ, tapi kenyataannya sekarang banyak kelas menengah atas yang menggunakan Go-Food tapi dia belanjanya di warung UMKM yang kelas menengah ke bawah. Itu merupakan suatu dampak ekonomi yang menurut saya sangat penting,” jelas Nadiem saat ditemui di ajang Go-Food Festival beberapa waktu lalu.

Ramainya daya beli masyarakat membawa keuntungan tersendiri dan membantu menafkahi micro entrepreneur yang tidak punya capital market besar. Tak hanya itu, kenaikan omzet UMKM dari Go-Food berbuah manis seiring banyaknya home kitchen yang menjelma jadi restoran.

Bagi pengusaha kuliner, Go-Food memang membawa banyak keuntungan. Namun, ini tak membuat Nadiem lantas berpuas diri. Ia meyakini Go-Food bisa berkontribusi lebih besar dan menjadi bisnis inti Go-Jek.

“Persentase besar sekali tidak jauh dari kemungkinan bahwa di suatu hari sudah melampaui layanan transportasi,” pungkasnya.

  • Editor: Wicak Hidayat
TAGS
LATEST ARTICLE

Tips Hemat Naik Pesawat

berikut tips agar bisa lebih hemat naik pesawat domestik di Indonesia!

Selasa, 9 April 2024 | 11:39 WIB