Ekonomi digital di Asia melesat lebih cepat dibanding di wilayah lain secara global. Negara-negara di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara menunjukkan perkembangan signifikan dalam pertumbuhan ekonomi digital. Ambil contoh, China yang telah menjadi pasar e-commerce terbesar di dunia dengan 40% dari nilai transaksi e-commerce dunia, yang merupakan 11 kali lebih banyak dari nilai transaksi Amerika Serikat.

Menurut laporan yang dilakukan oleh Google dan perusahaan investasi Singapura Temasek pada tahun 2016, gabungan enam negara di Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam dan Filipina tercatat sebagai ekonomi digital dengan pertumbuhan tercepat di dunia.

Seperti dilansir dari Nikkei Asian Review (Rabu, 6/12), laporan Google-Temasek tersebut menunjukkan bahwa total nilai ekonomi digital gabungan keenam negara tersebut mencapai USD 200 miliar yang setara dengan PDB Vietnam pada tahun 2015. Sementara nilai ekonomi digital Indonesia sendiri diperkirakan akan mencapai USD 81 miliar pada tahun 2025.

Indonesia menjadi negara paling ambisius di antara yang lainnya dengan menargetkan nilai ekonomi digital mencapai USD 130 miliar pada tahun 2020, lebih banyak dua kali lipat dan lebih cepat 5 tahun dibanding prediksi Google-Temasek. Meskipun saat ini masih terdapat kendala dalam infrastruktur dan akses internet yang baru menjangkau sekitar 20-25% penduduk Indonesia.

Terkait ambisi tersebut, Scott Wallsten, peneliti dari Technology Policy Institute Amerika Serikat mengingatkan pemerintah Indonesia bahwa memperkirakan nilai internet merupakan hal yang sulit. Bukan hanya karena aktivitas online banyak yang tidak memerlukan pembayaran uang, tetapi aktivitas di dunia online dianggap bisa mengacaukan aktivitas offline.

• Editor: Wicak Hidayat
• Sumber: Nikkei Asian Review