LogoDIGINATION LOGO

Bisnis Makanan? Tiru Eatlah dan Kopi Tuku

author Oleh Aulia Annaisabiru Ermadi Sabtu, 3 November 2018 | 09:18 WIB
Share
Ilustrasi Food Delivery (shutterstock)
Share

Pengen punya bisnis F&B tapi nggak punya lahan luas untuk membuat sebuah restoran? Tenang, bisa kok! 

Kamu bisa lihat model bisnis Eatlah dan Kopi Tuku yang memanfaatkan teknologi digital dalam menjalankan bisnisnya. Kedua brand ini membawa budaya "Take away", tren baru di industri F&B Indonesia. Take away menjadi solusi atas kebiasaan masyarakat yang mulai mengidamkan segala hal serba instan, termasuk makanan yang tinggal menunggu di antar ke tempat, tanpa harus bermacet-macetan di jalan. 

Dalam acara Ideafest 2018 di Jakarta (27/10) pada sesi berjudul "Rise of Food Delivery Concept: Eat Out Without Go Out", dua brand besar ini membagikan pengalamannya  sebagai inisiator tren take away di Indonesia.

Baca juga: Hijaukan Lingkungan Sambil Raup Keuntungan? Bisa!

Bertumpu Pada Teknologi Digital

Berawal dari fenomena media sosial yang mulai bergeser menjadi media promosi, salted egg chicken, Eatlah dan Es Kopi Susu Tetangga, Kopi Tuku booming karena sosial media. Banyak vlogger dan selebgram yang mereview produknya melalui Youtube dan Instastory di Instagram, membuat dua produk ini melejit di pasaran.  

"Kopi Tuku dikenal dari foto tangan dan kopi yang sering kita liat di instastrory" kata Andanu Prasetyo, Founder Kopi Tuku.

Selain menggunakan sosial media sebagai salah satu alat marketingnya, keduanya juga memanfaatkan adanya digital platform lainnya yaitu food delivery. Eatlah dan Kopi Tuku menggunakan food delivery dari startup ride-hailing seperti Gojek dan Grab untuk mengantarkan produknya sampai ke pelanggan. Charina, salah satu founder Eatlah mengatakan bahwa 70 hingga 80 persen pesanan Eatlah berasal dari aplikasi ojek online.

Baca juga: Kolaborasi Bisa Menangkan Kompetisi? Pasti!

"Digital platform sangat penting, marketing kita bergantung pada digital platform. Begitu juga dengan teknologi yang membantu kita ngetrack penjualan, keuangan dan stocks dan kita juga udah ada digital POS ", Michael Chrisyanto, Co-Founder Eatlah. 

Dari kiri ke kanan, Jesayas Ferdinandus (Moderator); Riesky Vernandes, Charina Prinandita, Michael

Berkomunikasi Melalui Packaging

Tidak memiliki tempat begitu luas, Eatlah dan Kopi Tuku fokus mengambangkan rasa dan kemasan untuk mengganti customer experiance yang hilang. Experiance dibangun melalui kemasan unik dan rasa yang khas. Kopi Tuku terkenal karena rasa kopinya yang khas dengan pemanis gula aren, kemasan yang digunakan berupa plastik silk bening dengan logo Kopi Tuku yang iconic. 

Begitu juga dengan Eatlah yang dikenal dengan salted eggnya yang enak dan kemasannya yang unik berupa kotak seperti kardus seperti rice cup Jepang. Dengan keunikannya, keduanya sukses menyalurkan experiance yang cara berbeda ke konsumennya. 

Baca juga: Sociopreneurship, Bisnis Simbiosis Mutualisme

"Eatlah berkomunikasi dengan pelangganya hanya dengan packaging. Experiance nya ketika menerima dari si ojek onlinenya, mereka buka cabe potongnya, mereka buka sendoknya sampai ke dalamnya, mereka memfoto produknya. Dan ketika habispun masih ada sedikit gimik dengan tulisan "one more lah", ujar Michael.

  • Editor: Wicak Hidayat
TAGS
RECOMMENDATION

3 Kunci Sukses Migrasi ke Bisnis Digital

Kunci terjun ke bisnis digital adalah disiplin untuk melayani dan men-deliver apa yang ditawarkan pada media online tersebut. Awaluddin meramu tips bermigrasi ke bisnis digital dalam 3C, yakni Character, Competence, dan Courage. Yuk disimak

Minggu, 26 Agustus 2018 | 10:00 WIB
LATEST ARTICLE