LogoDIGINATION LOGO

#DIGIMAESTRO - Resilience in Turbulance: Strategi Untuk Bertahan Di Tengah Badai Pandemi

author Oleh Nur Shinta Dewi Senin, 15 Juni 2020 | 12:02 WIB
Share
Share

Krisis pandemi COVID-19 ini, membuat banyak pelaku usaha, berlomba menambah pengetahuannya melalui data dan sesi sharing. Untuk mempertajam inovasi dan upaya mempertahankan bisnis, Maestro baru saja melaksanakan webinar dengan topik "Resilience In Turbulence: bertahan di tengah badai".

Sesi webinar ini dihadiri oleh narasumber terbaik, seperti Jenny Wiriyanto Chief Executive Officer PT. Berdayakan Usaha Indonesia (BATUMBU), Jongki D. Widjaja Assurance Partner Ernst & Young dan Head of SGM & IPO Jakarta, Fetty Kwartati Director of Retail PT. Sarinah Indonesia, dan Mulia Dewi Karnadi CEO of PT Achilles Advanced System.

Hasil kajian Ernst & Young (EY), perusahaan jasa professional multinasional yang berpusat di London, menunjukan, 73% responden  beranggapan wabah covid-19 memiliki dampak parah pada ekonomi global. Hal tersebut menyebabkan banyak pelaku usaha dan masyarakat berbondong-bondong, mencari solusi bagaimana membuat usaha atau inovasi baru ditengah krisis pandemi.

Hal itu seirama dengan data dari riset yang sama sekitar, sekitar 72% lebih sering melakukan tinjauan strategis dan portofolio serta 56% eksekutif secara aktif berencana untuk mengejar akuisisi dalam 12 bulan ke depan.

Seorang leader harus menilai kembali prospek pertumbuhan mereka dan harus mengkonfigurasi ulang operasi sebagai upaya pencegahan di masa pandemi COVID-19. Pada saat margin dan arus kas mungkin sudah tertekan, namun bagaimanapun keadaannya, CEO, CFO dan C-suites lainnya harus tetap memiliki rencana transformasi yang matang.

Dewi Karnadi menjelaskan untuk bertahan hidup, bukan hanya creative saja yang dibutuhkan seorang leader namun juga rasa empati.

"Dalam masa pandemi ini, bukan hanya creative saja yang dibutuhkan, namun empati. Empati yang dibutuhkan disini bukan hanya didalam ruang lingkup internal atau rumah, namun juga ke customer, bagaimana kita tahu kebutuhan mereka dan jangan terlalu memaksakan apa yang menjadi kebutuhan kita,” kata Dewi Karnadi.

Dia juga menegaskan, perusahaan sudah harus go digital. Penyelamat perusahaan adalah karena adanya teknologi. Jadi, perusahaan harus sudah menyiapkan kebutuhan digital baik pribadi maupun organisasi untuk saat ini hingga berkelanjutan.

Seirama dengan pernyataan diatas, Jenny Wirianto juga menyinggung penggunaan Internet of Things. Manfaat internet yang dinilai sangat berguna pada masa pandemi COVID-19 membuka akses peluang pemulihan ekonomi di tengah berbagai pembatasan.

Sementara Fetty Kwartati menjabarkan, seorang leader dapat bertahan hidup dengan meminimalkan kerugian, seperti penghematan biaya, mengatur arus kas / pembalikan kas, negosiasi dengan pemasok dan pemilik, pertahankan bakat yang baik dan restrukturisasi perusahaan.

Cara pemulihan ini dapat dilakukan dengan menyempurnakan strategi bisnis dengan data, fakta dan tren new normal. Kecepatan bertransformasi dengan melihat kebutuhan konsumen sangat dibutuhkan seiring dinamisnya perubahan trend pada masa pandemi ini.

 

  • Editor: Rommy Rustami
TAGS
LATEST ARTICLE