LogoDIGINATION LOGO

eFishery dan Tantangan Startup IoT di Indonesia

author Oleh Desy Yuliastuti Kamis, 30 November 2017 | 12:15 WIB
Share
Tren Internet of Things (IoT) di Indonesia masih terbilang baru, tapi diprediksi akan semakin berkembang di masa depan
Share

Tren Internet of Things (IoT) di Indonesia masih terbilang baru, tapi diprediksi akan semakin berkembang di masa depan. IoT dapat dimanfaatkan dalam berbagai aspek, seperti membangun smart city, smart public transportation system, aplikasi, digital payment, logistik, mendorong pengembangan sektor industri, dan sebagainya.

Sejumlah startup di Indonesia pun mulai mengembangkan produk berbasis IoT sebagai solusi bagi permasalahan di negeri ini. Sebagai salah satu pelopor startup berbasis IoT di sektor agribisnis, Gibran Huzaifah, Founder dan CEO eFishery melihat potensi bisnis ini di akan terus menggeliat. 

“Ke depan pasti akan booming, dari sisi infrastruktur juga semakin baik, internet sudah masuk ke pedesaan. Ini yang buat penetrasi internet masuk ke pedesaan. Mulai banyak ide startup IoT yang di-push dari komunitas dan melahirkan solusi untuk masyarakat Indonesia,” katanya optimis.

Gibran menambahkan, startup yang mengunakan pendekatan IoT di Indonesia saat ini memang baru segelintir saja. Namun, IoT sebagai movement dan komunitas terus berkembang memunculkan ide baru. Menariknya, pengembangan solusi digital mulai merambah ke untuk sektor peternakan, perikanan, dan pertanian.

Secara spesifik, menurutnya di Indonesia sekitar 40% fokus employment rate masih ada di sektor agri dan penyumbang GDP yang besar. Sebagai negara agraris dengan potensi maritim yang besar, harusnya teknologi-teknologi dan solusi yang ada di agribisnis juga dapat dimaksimalkan.

Kendati demikian, di sisi lain pengembangan IoT itu sendiri menghadapi banyak tantangan dan keraguan. Dilema serupa muncul saat Gibran membangun eFishery karena memang garda depan bisnis IoT terletak pada pengembangan hardware yang harus bisa memberikan manfaat.

“Cuma kekhawatiran orang apakah teknologi untuk agribisnis ini bisa scale able dan memberi return yang gede buat investment. Namun, dari sisi ekosistem, saya justru melihatnya itulah yang menjadi salah satu alasan banyak investor yang melirik sektor agri,” tambahnya.

Adopsi IoT di Sektor Agribisnis

Tech startup di sektor agribisnis punya peluang besar karena Ventura Capital (VC) yang mulai tertarik investasi. Termasuk VC dari luar negeri, saat mereka masuk pun sejak awal sudah bisa melihat besarnya potensi agri di Indonesia.

Namun, untuk memperkuat kehadiran IoT di Tanah Air perlu penguatan ekosistem, kolaborasi, dan pandangan bahwa IoT itu bukanlah sebuah devices dan juga wearable, meskipun nantinya perangkat yang digunakan akan terkoneksi ke internet untuk memproduksi data.

eFishery menjadi contoh manis betapa memungkinkan ekosistem agri-startups  berbasis IoT untuk berkembang dan melahirkan startup baru. Lantas, apa tantangan terbesar untuk menggarap sektor ini? Gibran memandang teknologi dan pemrograman bukan yang terpenting untuk masuk dalam persaingan.

“Inti dari IoT adalah solusi maka startup harus fokus kepada solusi dibanding produk secara teknis. Teknologinya hanya fasilitasnya aja, tapi gimana tech-nya ini bisa kasih solusi relevan dan benar-benar bisa dipakai sama masyarakat,” tegasnya.

Diakui Gibran memang ada hambatan dalam memperluas pasar dan untuk scale up jangka panjang. “Perusahaan IoT itu kan hardware dan kita produksi perangkat kita sendiri. Saat kita up scaling harus bisa memikirkan cara produksinya dan kualitasnya sama. Tantangannya dari sisi kualitas, kuantitas, dan modal supaya bisa up scaling capat, di sisi lain industri manufakturnya lemah,” ungkapnya.

Untuk mencapai sasaran ideal, Gibran terjun langsung ke lapangan melakukan sosialisasi dengan proses yang diakuinya cukup berat. “Haeavy operation-nya, tantangannya  ada di sana. Apakah startup yang fokus di agri siap terjun ke lapangan dengar petani, panas-panasan dan beneran kasih solusi langsung ke petani, gak cuma keren kerenan aja.”

Beruntung strategi didapatkan dari pengalaman saat pengembangan eFishery di Jawa Barat dan Lampung. Program membangun awareness produk dilakukan sambil menyusun proses bisnis, sales script, kerja sama dengan agen pakan, dan membangun jaringan distribusi.

Ketika disinggung soal rencana ke depan, Gibran mengungkap dua ambisinya. Ia berharap smart feeder eFishery dapat menjadi pioneer di lapangan sehingga data petani yang terkirim ke cloud dapat diolah lagi dan memberi kontribusi baik dari sisi market, pendanaan, maupun membantu petani ikan.

“Kedua, social impactnya mau kita gedein, kita mau reach nasional se-Indonesia. Sekarang kita juga sudah commercial trial di luar, di Bangladesh sama di Thailand, dan targetnya memang dua tiga tahun ke depan kita sudah mau Go Regional, mudah mudahan bisa jadi karya Indonesia yang itu bisa relevan dan bisa kasih solusi di level regional,” tandasnya.

 

Baca juga tiga tulisan sebelumnya dalam hasil wawancara khusus Digination ini:

Smartphone Bisa Buat Kolam Ikan Lebih Produktif

Manfaatkan IoT, Petani Ikan Bisa Lebih Sejahtera

Trik Pemasaran eFishery, Tak Cukup Ngiklan di Facebook

  • Editor: Wicak Hidayat
TAGS
LATEST ARTICLE