
Indonesia Menuju Circular Economy
Sampai dengan saat ini, industri pengolahan merupakan sektor industri yang masih menjadi kontributor terbesar penopang perekonomian nasional
Kamis, 21 Juni 2018 | 12:46 WIB
Indonesia tercatat sebagai negara penyumbang sampah plastik di laut terbesar kedua di dunia setelah China.
Tercatat, total volume sampah kantong plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun di mana 3,2 juta ton per tahun masuk ke laut.
Meningkatnya jumlah sampah plastik di Indonesia tidak lain, akibat pengelolaan sampah yang tidak baik. Untuk menekan jumlah sampah plastik terutama pada industri, eRecycle perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan sampah ikut berkontribusi pada perkembangan ekonomi sirkular yang didengungkan sebagai solusi.
Data menyebutkan bahwa, adopsi ekonomi sirkular di sektor-sektor seperti tekstil, ritel, manufaktur elektronik, konstruksi dan makanan dan minuman dapat menambah US$42,2 miliar atau setara dengan Rp 593 - Rp 638 triliun ke produk domestik bruto (PDB) negara pada tahun 2030. Meski potensinya sangat besar, banyak bisnis yang masih meraba ekonomi sirkular.
Pengertian Ekonomi Sirkuler
Ekonomi sirkular adalah sistem ekonomi yang ramah pada lingkungan. Pelaku bisnis diharap untuk beralih dari linier ekonomi menuju ekonomi sirkular.
Prinsip ekonomi sirkular adalah mengurangi dampak lingkungan dari industri dengan merancang sistem yang mengurangi limbah dan polusi, berinvestasi dalam sumber daya terbarukan, dan menjaga agar bahan tetap digunakan lebih lama.
Tujuan dari ekonomi sirkular adalah mempertahankan nilai sebuah produk agar dapat digunakan berulang-ulang tanpa menghasilkan sampah melalui cara mendaur ulang (recycle), dan penggunaan kembali (reuse).
Mengadopsi prinsip ekonomi sirkular sangat penting, tidak hanya untuk keberlanjutan tetapi juga untuk mengurangi risiko bisnis dan meningkatkan keuntungan.
Teknologi digital pendukung keberlangsungan Ekonomi Sirkular
Konvergensi transformasi digital menjadi pendukung keberlangsungan ekonomi sirkular. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan sampah berbasis teknologi, eRecycle turut berkontribusi dalam pendistribusian dan daur ulang sampah.
Dicky Wiratama, Head of Business eRecycle.id, mengatakan pertumbuhan industri yang semakin komplek, menjadi acuan perkembangan teknologi recycling di Indonesia.
eRecycle melihat teknologi sangat diperlukan tidak hanya untuk membangun pengetahuan dan distribusi, namun juga praktik ekonomi sirkuler di Indonesia.
“Memang sampah yang mendominasi saat ini adalah limbah rumah tangga, tapi perlu diingat industri lah yang mengajak masyarakat menjadi konsumtif. Itu mengapa diperlukan pengelolaan sampah yang baik melalui teknologi recycling” kata Dicky.
Dengan menggunakan teknologi berbasis aplikasi, sampah yang telah dipilah dapat diambil yang selanjutnya di recycle untuk kembali digunakan.
Selain industri yang perlu berperan aktif, Dicky juga menjelaskan jika peran masyarakat sangat dibutuhkan untuk memberi kepercayaan industri bahwa material daur ulang layak digunakan.
Dengan cara, masyarakat harus sadar dan ikut serta dalam pemilahan limbah agar pendistribusian dapat cepat di daur ulang dan material yang digunakan tetap terjaga.
“sampah yang sudah dipilah masih memiliki nilai, baik untuk industri maupun masyarakat untuk bisa digunakan kembali, sehingga menurunkan efisiensi cost produksi” kata Dicky.
Saat ini eRecycle telah tersedia di Jabodetabek. Industri dapat mengakses aplikasi untuk selanjutnya mengatur jadwal pengambilan. eRecycle tidak memungut biaya pengambilan.
Konvergensi transformasi digital dengan ekonomi sirkular memberikan banyak keuntungan bisnis, baik finansial maupun lingkungan. Ketika industri diwajibkan secara hukum melaporkan dampak lingkungan mereka, teknologi datang sebagai medium. Di saat teknologi mampu bekerja, aktivitas ekonomi sirkular dapat menambah nilai, lagi dan lagi.
Sampai dengan saat ini, industri pengolahan merupakan sektor industri yang masih menjadi kontributor terbesar penopang perekonomian nasional
Kamis, 21 Juni 2018 | 12:46 WIBBerawal dari keresahannya terhadap lingkungan, dua mahasiswi ini gaungkan konsep daur ulang air untuk energi!
Selasa, 27 Agustus 2019 | 15:12 WIBKiprah startup untuk lingkungan
Jumat, 9 Oktober 2020 | 13:21 WIBBerikut tren Data Science 2024 secara potensial bisa membantu memajukan bisnis
Kamis, 30 November 2023 | 19:08 WIBVIDA meyakini bahwa ada hal yang perlu dijaga yakni kepercayaan konsumen
Rabu, 29 November 2023 | 11:48 WIBTransaksi gabungan Tokopedia dan TikTok Shop diperkirakan Rp 610 triliun tahun ini.
Senin, 27 November 2023 | 20:01 WIBBagaimana Machine Learning bekerja sebagai pengambil keputusan dalam pinjaman online?
Jumat, 24 November 2023 | 11:00 WIBHDD berkapasitas tinggi membantu mencapai target sustainability perusahaan maupun pelanggan data center.
Kamis, 23 November 2023 | 13:44 WIBBagaimana social media marketing dapat menjadi kunci sukses membangun branding bisnis?
Selasa, 21 November 2023 | 18:50 WIBApa Saja Tanda-tanda (Red Flags) Keuangan Rumah Tangga?
Senin, 20 November 2023 | 19:06 WIBBerikut ini adalah cara mengumpulkan dana darurat menurut Qoala yang perlu Anda ketahui:
Jumat, 17 November 2023 | 19:33 WIBAi Pin memungkinkan pengguna melakukan segalanya
Senin, 13 November 2023 | 20:09 WIBIngin mencoba fitur terbaru Instagram ini? Yuk simak cara berikut ini:
Jumat, 10 November 2023 | 19:08 WIBYuk pahami lebih dalam kaitan Data, Python dan Bisnis!
Jumat, 10 November 2023 | 18:28 WIBBerikut analisis teknikal Bitcoin & Ethereum minggu ini
Selasa, 7 November 2023 | 18:18 WIBKinerja Grok diklaim mampu mengungguli ChatGPT-3.5
Senin, 6 November 2023 | 18:20 WIBTetris Program Batch 4 menawarkan kesempatan untuk memiliki pengalaman kerja secara langsung
Jumat, 3 November 2023 | 18:28 WIBBeberapa cara konkret yang dilakukan oleh Artificial Intelligence dalam mengubah lanskap bisnis:
Selasa, 31 Oktober 2023 | 13:54 WIB