Mencari pekerjaan bukan lagi sekadar menyusun daftar pengalaman kerja dan kita tinggal berharap mendapatkan panggilan wawancara. Proses rekrutmen kini melibatkan teknologi canggih seperti ATS (Applicant Tracking System), sistem otomatis yang digunakan lebih dari 97% perusahaan Fortune 500 untuk menyaring CV berdasarkan kata kunci.
Untuk bisa lolos seleksi awal, para pencari kerja perlu memahami cara kerja sistem ATS, dan di sinilah ChatGPT bisa menjadi pegangan. Pada dasarnya, menulis CV dengan ChatGPT memang menguntungkan karena kamu jadi menghemat waktu.
Selain itu, ChatGPT juga bisa mengoreksi tata bahasa dan ejaan kamu secara otomatis. Bahkan, membantu untuk memastikan apa yang kamu sampaikan masuk akal. Yang paling penting, tools ini bisa menyesuaikan konten yang kamu tulis dengan lowongan kerja yang kamu tuju. Kuncinya adalah, memahami cara menggunakannya.
Baca juga: Cara Gampang Bikin Background AI untuk Google Meet Pakai Gemini
Sebelum mulai menulis, pastikan teks pada CV tersebut harus sesuai dengan format. Seperti apa formatnya? Kamu bisa mengeceknya di beberapa situs web seperti Resume Genius, Resume Nerd, Grammarly, dan Career.io.
Setelah itu kamu bisa menyerahkan apa yang harus ditulis di dalam CV kepada ChatGPT.
Langkah-langkah Menulis CV dengan ChatGPT
Berikut ini adalah tiga langkah praktis untuk menulis CV dengan ChatGPT secara efektif supaya bisa menarik perhatian rekruter:
1. Buat Ringkasan yang Menarik
Ringkasan di bagian atas CV adalah kesempatan pertama untuk "menjual diri". Gunakan ChatGPT untuk mengubah ringkasan standar menjadi deskripsi yang kuat dan berdampak. Coba berikan prompt seperti:
“Berdasarkan ringkasan ini dan detail dalam CV saya, tolong buatkan ringkasan yang lebih kuat dan relevan. Sertakan kata kunci untuk SEO dan ATS, serta gunakan data untuk memperkuat soft skills saya.”
Ingat, ChatGPT tidak bisa menebak pengalaman kamu. Kamu yang perlu memasukkan informasi yang tepat agar hasilnya sesuai. Analogi sederhananya, ChatGPT seperti blender: hasilnya tergantung dari bahan yang kamu masukkan.
Baca juga: Pionir Aplikasi Video Calling 'Skype' Resmi Ditutup, Microsoft Fokus ke Teams
2. Susun Bullet Point Yang Efektif
Bullet point dalam CV harus padat, jelas, dan mencerminkan hasil kerja nyata. Kamu bisa meminta bantuan ChatGPT dengan memberikan data spesifik seperti peran kamu, tim yang kamu kelola, target yang dicapai, dan lainnya. Gunakan prompt seperti ini:
“Berdasarkan data berikut, buatkan 3-5 bullet point untuk peran saya di [nama perusahaan]. Pastikan setiap poin mencerminkan dampak nyata dan dukung penggunaan adverb dengan data.”
Misalnya, dibanding menulis “memimpin tim dengan cepat”, lebih baik menuliskan “merekrut tujuh anggota tim dalam waktu kurang dari tiga bulan.” Angka dan konteks lebih menggambarkan kontribusi kamu dibanding kata sifat yang umum.
3. Jaga Konsistensi dan Nada Tulisan
CV yang terlihat ditulis oleh beberapa orang sekaligus akan terasa membingungkan dan kurang profesional. ChatGPT dapat membantu menyelaraskan gaya bahasa, tata letak, dan struktur kalimat agar seluruh dokumen terasa konsisten.
Baca juga: Lulusan Baru Pilih Ghosting Rekruter Jika Informasi soal Gaji Tidak Disampaikan Sejak Awal
Selain itu, AI juga bisa digunakan untuk mengecek tata bahasa, ejaan, hingga alur cerita dari pengalaman kerja yang kamu tuliskan. Jika digunakan dengan tepat, ChatGPT dapat menjadi editor pribadi yang andal, terlebih ketika kamu tidak punya rekan kerja yang bisa dimintai saran.
Ingat ya, menulis CV dengan ChatGPT bukan berarti kamu menyerahkan seluruh proses pada mesin. Kamu tetap perlu melakukan penyesuaian manual, meminta masukan dari kolega atau mentor, dan tentu saja, memastikan bahwa CV tersebut mencerminkan siapa kamu sebenarnya.
Intinya, di tengah pasar kerja yang semakin kompetitif dan berbasis teknologi, menolak menggunakan AI bisa jadi kerugian tersendiri. Dengan pendekatan yang tepat, ChatGPT bisa menjadi alat yang sangat membantu dalam menyusun CV yang tajam, ringkas, dan siap bersaing di hadapan sistem seleksi otomatis para perekrut.
Sumber: Forbes