LogoDIGINATION LOGO

Pelajaran Hidup Yang Bisa Diambil Dari Jakob Oetama Pendiri Kompas Gramedia

author Oleh Nur Shinta Dewi Rabu, 9 September 2020 | 20:03 WIB
Share
Share

Pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama tutup usia pada Rabu, 9 September 2020. Almarhum meninggal dunia di usia 88 Tahun, di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading pada pukul 13.05 WIB.

Jakob Oetama merupakan pendiri sekaligus Pemimpin Umum Harian Kompas, yang telah berhasil membawa Group Kompas menjadi media terbesar nomor satu di Indonesia. Bahkan pada 2019 lalu, Koran Harian Kompas baru saja menduduki peringkat ke-5, Top 200 Newspaper In The World versi 4imn.com.

Melihat prestasi Kompas Gramedia tidak terlepas dengan usaha dan pencapaian pendirinya, mari menilik kisah hidup Pendiri Kompas Jakob Oetama.

Lahir dari Keluarga Sederhana
Dilansir dari Tribunnews, Jakob Oetama lahir dari keluarga sederhana di Desa Jowahan kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, pada 27 September 1931.

Ia merupakan putra pertama dari 13 bersaudara dari Raymundus Josef Sandiyo Brotosoesiswo seorang pensiunan guru Sekolah Rakyat di Sleman, Yogyakarta, dan Margaretha Kartonah ibu mendiang Jakob Oetama.

Ia menyelesaikan pendidikan dasarnya di Yogyakarta, dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di Yogyakarta pada tahun 1951.

Mengikuti Jejak Ayahnya Sebagai Guru
Pada awal karirnya, ia menekuni karir yang tidak jauh dari profesi ayahnya. Jakob Oetama bekerja sebagai guru di SMP Mardi Yuana di Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, dan kemudian ke SMP Van Lith di Jakarta.

Pada perjalanan hidupnya, Ia juga bekerja sebagai editor di mingguan Penabur di Jakarta, sebelum akhirnya ia melanjutkan pendidikan mengajar jurusan pendidikan sejarah dan lulus pada tahun 1956.

Tidak hanya sebatas menyandang lulusan pendidikan, Jakob yang lahir dari keluarga Jawa berlatar belakang Katolik ini kemudian melanjutkan studinya di pendidikan tinggi jurnalisme di Jakarta dan lulus pada tahun 1959, dan di Universitas Gadjah Mada jurusan jurnalisme.

Memulai Karir Jurnalistik
Karier jurnalistik Jakob dimulai ketika ia menjadi editor di mingguan Penabur pada tahun 1956.
Pada tahun 1963, ia mendirikan majalah Intisari dengan mitra bisnisnya dan juga sesama jurnalis, P.K. Ojong, yang terinspirasi oleh majalah Reader's Digest AS.

Jakob Oetama yang biasa di sapa JO, mendirikan Harian Kompas pada pada 28 Juni 1965 bersama dengan Petrus Kanisius (PK) Ojong.

Jakob Oetama pun disebut tidak pernah melepas identitas dirinya sebagai seorang wartawan.

Di mata karyawan, ia dipandang sebagai pimpinan yang ‘nguwongke’ dan tidak pernah menonjolkan status atau kedudukannya. Almarhum berpegang teguh pada nilai humanisme transendental yang ditanamkannya sebagai fondasi Kompas Gramedia.

Idealisme dan falsafah hidupnya telah diterapkan dalam setiap sayap bisnis Kompas Gramedia yang mengarah pada satu tujuan utama, yaitu mencerdaskan kehidupan Bangsa Indonesia.

Pencapaian.
Pada perjalanannya harian Kompas tumbuh dari sirkulasi awal 4.800 eksemplar pada tahun 1965 menjadi sekitar 500 ribu pada tahun 2014.

Bahkan pada saat rezim otoriter Soeharto 1965–1998, yang cukup menindas terhadap kebebasan pers dan media, kepribadiannya yang tenang, sederhana, sopan dan lembut Jakob berhasil mengelola surat kabar bersirkulasi nasional di tengah keadaan represif.

Kembali kepada pencapaiannya, Kompas mencapai puncaknya sirkulasi pada tahun 2004, ketika sirkulasi harian mencapai sekitar 530 ribu eksemplar, dan edisi Minggu, 610 ribu eksemplar. Jumlah pembaca mencapai 2,25 juta. Dan hingga 2014 peredarannya mencapai 507 ribu, dengan 66% beredar di Jabodetabek.

Dan terakhir membawa Koran Harian Kompas menduduki peringkat ke-5, Top 200 Newspaper In The World versi 4imn.com, dan terbesar di Asia Tenggara.

Pelajaran yang bisa di ambil melalui sosok Jakob Oetama
Saat ini, Kompas Gramedia Group memiliki sejumlah perusahaan di berbagai lini bisnis, mulai dari media, toko buku, percetakan, radio, hotel, penyelenggara acara, stasiun televisi, hingga lembaga pendidikan dan universitas.

Pelajaran yang bisa kita ambil dari mendiang Jakob Oetama adalah, dari manapun kita berasal teruslah menjadi orang yang suka mencoba hal baru. Walaupun Jakob diarahkan menjadi guru dan pendeta ia mencoba hal baru menjadi wartawan lepas pada usia muda.

Selain itu, dengan penghasilan yang sudah mencukupi, jangan berhenti untuk meningkatkan wawasan dengan terus menimba ilmu, hingga menerima gelar Honoris Causa dalam Komunikasi dari Universitas Gadjah Mada Tahun 2003, Jakob mengajarkan kita keberhasilan jika kita terus mengasah kemampuan dan ilmu kita.

Sosoknya yang rendah hati dan ramah kepada setiap orang membuat pemilik Kompas Gramedia ini menjadi pemimpin yang mampu menghidupkan semua orang begitu juga perusahaan yang ia buat. Dari sosoknya, kita belajar orang baik akan dibedakan tuhan, dimanapun, kapanpun dan dalam kondisi apapun. Selamat jalan Jakob Oetama!

  • Editor: Rommy Rustami
TAGS
LATEST ARTICLE

Tips Hemat Naik Pesawat

berikut tips agar bisa lebih hemat naik pesawat domestik di Indonesia!

Selasa, 9 April 2024 | 11:39 WIB