Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat investasi Cina ke Tanah Air masih berada di jajaran lima besar negara yang berada di Indonesia. Pada Januari silam, Kepala BKM, Thomas T. Lembong mengumumkan sepanjang 2016 Indonesia memperoleh investas langsung (foreign direct investment/FDI) dari Cina sebesar 2,7 miliar dolar AS atau setara Rp 36,673 triliun.
Investasi Cina diyakini menjadi motor pesatnya perkembangan e-commerce di Indonesia. Ini juga menjadikan e-commerce Indonesia tak bisa dipandang sebelah mata karena secara tak langsung pertumbuhan e-commerce Cina mempengaruhi kondisi di Indonesia sehingga investor tertarik menamkan modal jangka panjang.
Ada dua sektor yang menjadi incaran investor Cina di Indonesia, yakni e-commerce dan dompet digital. Vice President Alibaba Group, Brian Wong, saat ditemui tim Digination.id di acara Alibaba Global Course di Jakarta beberapa waktu lalu membeberkan alasan di balik minat tersebut.
“Investor Cina melihat ada persamaan dengan kondisi Cina pada 2004 silam di mana terjadi peralihan dari ekonomi tradisional menjadi ekonomi digital. Masa perkembangan ini membuat investor lebih mudah masuk dibandingkan berinvestasi ke negara maju dengan kondisi yang jauh berbeda,” jelas Brian.
Dulu saat Cina berada di kondisi yang sama, investor dari Silicon Valley berbondong-bondong datang menanamkan modal dan membawa industri digital Cina berkembang pesat. Kini hal tersebut terjadi di Indonesia.
Cina Punya Banyak Tantangan Berinvestasi di Indonesia
-
Selain kemiripan kondisi, tantangan lainnya adalah kesamaan hal-hal yang sudah pernah dialami e-commerce di Cina. Misalnya, masalah kepemilikan tabungan (unbanked), kesulitan mengakses pusat perbelanjaan atau sarana mencari barang yang dibutuhkan.
“Hal tersebut sudah familiar dihadapi investor Cina sehingga mendorong Alibaba untuk membagikan pengalaman kepada UKM di Indonesia melalui Alibaba Global Course, juga termasuk masalah logistik dan pembayaran,” tambah Brian.
Persoalan logistik, pembayaran, dan tantangan lain tak bisa dihadapi dalam waktu singkat. Bagaimana menyelesaikan masalah tersebut adalah bagaimana memberdayakan generasi muda untuk aktif di e-commerce dan mengembangkan infrastruktur sehingga UKM bisa lebih percaya diri menggunakan teknologi dan memanfaatkan platform yang ada.
Brian juga mengungkap, hadirnya Alibaba di Indonesia bukan untuk membuat Alibaba baru, alasannya karena Alibaba sudah menggandeng Lazada Indonesia dan Tokopedia.
Seperti diketahui, pada Agustus 2017, raksasa e-commerce Alibaba bersama sejumlah investor lainnya mengucurkan dana terhadap e-commerce marketplace terbesar di Indonesia Tokopedia senilai US$1,1 miliar atau Rp14,7 triliun. Sebelumnya, Alibaba mengakuisisi mayoritas saham Lazada dengan total nilai akuisisi mencapai $1 miliar atau kisaran Rp13,57 triliun.
“Seiring berkembangnya teknologi digital dan ekonomi, SDM juga perlu didekati sebab masih banyak pelaku UKM yang belum mengetahui bagaimana memanfaatkan potensi teknologi untuk meningkatkan dan mengembangkan usahanya,” tutup Brian.