Industri kimia merupakan salah satu sektor industri yang masuk dalam program percepatan di peta jalan Making Indonesia 4.0.
Menyambut datang revolusi industri keempat, pemerintah telah merilis lima sektor industri yang akan menjadi pionir dalam penerapannya.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartato mengungkapkan, selain industri tekstil, otomotif, elektronika, serta makanan dan minuman, industri kimia termasuk ke dalamnya.
Berdasarkan data yang disampaikan oleh Kementerian Perindustrian, sektor kimia telah menjadi sektor industri yang menyumbang Rp236 triliun hingga menjadi penyumbang utama terhadap PDB.
Untuk itu, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian turut berupaya memacu pengembangan industri kimia di dalam negeri dengan mendorong pemanfaatan teknologi terbaru serta peningkatan kegiatan penelitian dan pengembangan.
Baca Juga:
Sektor Prioritas Industri 4.0 Telah Kuasai PDB
Menurut Airlangga, industri kimia nasional tengah difokuskan pengembangannya agar lebih berdaya saing global. Pasalnya, sektor ini memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, serta berperan penting sebagai penghasil bahan baku untuk kebutuhan produksi industri lainnya.
Sementara itu, Kementerian Perindustrian juga sangat mengapresiasi seluruh industri petrokimia yang beroperasi di Kaltim Industrial Estate (KIE) yang telah berkomitmen mendukung pembangunan industri nasional.
“Dengan lokasi industri petrokimia di Bontang yang berada dalam kawasan timur Indonesia, keberadaan industri-industri ini tentunya mendorong dalam mempercepat pemerataan pembangunan di Indonesia bagian timur,” ujarnya.
Hingga saat ini, sudah ada lima industri petrokimia yang berdiri di kawasan industri KIE Bontang, termasuk PT Pupuk Kaltim, PT Kaltim Methanol Industri, PT Kaltim Parna Industri, PT Kaltim Nitrate Industri, dan PT Black Bear Resources Indonesia.
- Editor: Wicak Hidayat
- Sumber: Kemenperin