LogoDIGINATION LOGO

Town Hall Brand Media Indonesia “Bersahabat dengan Perubahan”

author Oleh Dewi Shinta N Rabu, 29 Mei 2024 | 16:31 WIB
Share
Share

Brand Media Indonesia, perusahaan Media Consulting Management yang bergerak di bidang pembuatan konten dan event, baru saja mengadakan Town Hall Meeting di Hotel Santika, BSD City, Tangerang Senin (27/5). Acara ini diselenggarakan sebagai bentuk pencapaian dan rasa syukur setelah melewati trimester I di tahun 2024. 

Melalui Town Hall Meeting, Bimo Setiawan, CEO Brand Media Indonesia mengajak seluruh karyawan dan unit bisnis lainnya, yakni Infinity Production dan Mix-Hangout Project, untuk berhenti sejenak sebelum kembali melanjutkan trimester II dengan hasil yang baik.

“Di trimester I kita sudah dihadapkan dengan banyak agenda, dari pemilu 2024, IdulfFitri, dan agenda lainnya yang sudah berhasil kita kelola dengan baik. Trimester II kita akan berhadapan dengan agenda baru, oleh karena itu hari kita break sebentar sebelum memulai agenda baru bersama,” ungkap Bimo Setiawan.

Sejak pandemi Covid-19, transformasi digital bergerak begitu cepat. Berbagai lini bisnis,  termasuk bisnis di dunia kreatif seperti Brand Media Indonesia, dituntut untuk bertransformasi dan berinovasi dengan memanfaatkan teknologi, termasuk teknologi Artificial Intelligence (AI).

Untuk mendapatkan insight terbaru seputar transformasi teknologi digital, dalam Town Hall Meeting kemarin, Brand Media Indonesia mengundang dua narasumber yakni Arbain Rambey, Senior Photographer Harian Kompas dan Roy Sangkilawang, Managing Consultant and Wealth Expert.   

AI Tidak Akan Mendahului Kemampuan Manusia

Hadirnya AI dalam dunia kreatif menjadi sebuah efisiensi dan juga tantangan baru yang perlu dihadapi dengan cermat. AI yang kita kenal memiliki banyak manfaat untuk mengurangi beban pekerjaan manusia, sedikit memberi ketakutan di kehidupan dunia kreatif. Banyak orang yang berpikir profesi jurnalis, fotografer, dan desain grafis akan hilang karena hadirnya AI.

Di kesempatan kali ini, Arbain memberi wawasan bagaimana AI tidak akan mampu bekerja dengan baik tanpa kemampuan manusia di belakangnya.

Dengan presentasi bertajuk “Kreativitas dan Teknologi”, Arbain mengungkap beberapa kelemahan yang ada ketika kita memasukan keyword pada AI, seperti AI tidak bisa membuat objek yang belum ada sebelumnya, AI menolak foto tokoh, AI juga menolak kata-kata sensitif seperti seksi, jenazah, dan tusuk. 

“AI itu kaya akan database dan tidak segampang itu untuk memilih gambar (memahami keyword), jadi AI itu tidak akan mendahului kemampuan manusia. Kita jangan mau kalah sama AI,” ungkap Arbain.

Baca juga: Ini 4 Benefit dari AI yang Wajib Kamu Ketahui!

Selain sulit memahami keyword, foto yang dihasilkan dari AI juga tidak memiliki emosi layaknya foto yang diambil oleh manusia. Itulah mengapa AI tidak sepenuhnya mengganti posisi manusia di dunia kreatif. Begitu juga dalam segi pembuatan konten, ide yang diberikan AI sebaiknya tidak serta merta kita ambil mentah-mentah.

Success Business is Customer Centric

Menanggapi hadirnya AI di dunia kreatif, Roy menambahkan, “Teknologi memang terus bergerak dinamis, perubahan pasti terjadi, tetapi kita “human” yang harus mengendalikan perubahan,” ungkapnya yang membawakan presentasi menarik bertajuk “Service with Purpose: Building Client Centric Cultures for Success."

Roy mengambil contoh dari perusahaan handphone Blackberry yang dikenal dengan fitur Blackberry Messanger. Namun, pada akhirnya pamor handphone ini meredup. Di saat Blackberry masih mempertahankan keyboard Qwerty, perusahaan handphone lainnya sudah mengandalkan inovasi touch screen

Dari contoh tersebut, Roy mengingatkan bahwa perusahaan tidak boleh tutup mata dengan adanya perubahan. Justru perubahan yang terjadi bukanlah sekadar transformasi, namun juga peluang bisnis bagi perusahaan. 

Selain memahami perubahan, ada satu kunci kesuksesan dalam bisnis, yakni perilaku Customer Centric, dan untuk mencapai ini kita butuh adanya renewed minds and renewed attitude. Pahamilah bahwa bisnis yang dicari oleh client saat ini bukanlah bisnis yang terpaku oleh product centric. 

Baca juga: Jobstreet by Seek, Bekali Mahasiswa Menuju Dunia Kerja Lewat Jobstreet Campus Ambassador

Ada beberapa poin mindset untuk bisa menjadi customer centric, yaitu pelanggan adalah prioritas, fokus pada kebutuhan dan keinginan pelanggan dan komitmen untuk peningkatan “client experience” untuk selanjutnya memelihara hubungan jangka panjang dengan pelanggan.

“Jika kita sudah berorientasi dengan customer centric, kita tidak hanya membantu meningkatkan penjualan produk client kita, namun juga mampu membantu menciptakan kepercayaan yang selanjutnya kembali menggunakan jasa kita (repeat order) yang akan berpengaruh pada revenue bisnis,” ungkap Roy.

Lalu, bagaimana caranya untuk dapat meraih kepercayaan dari client? Roy mengungkap, “Untuk menaikkan trust, kita harus meningkatkan capability, reliablity, intimacy, dan menurunkan self interest atau ego. Hal-hal ini membutuhkan renewed attitude, dimana karyawan perlu lebih proaktif, meningkatkan empati, fleksibilitas, kreativitas, dan konsistensi."

Town Hall Brand Media Indonesia 2024 tidak hanya menjadi bonding karyawan Brand Media Indonesia, namun juga memberi insight dan motivasi bagi seluruh karyawan untuk terus memanfaatkan transformasi digital dan bersinergi di setiap perjalanan bisnis Brand Media Indonesia.

  • Editor: Dewi Shinta N
TAGS
RECOMMENDATION
LATEST ARTICLE