LogoDIGINATION LOGO

Potret Dunia Usaha Selama Covid-19

author Oleh Nur Shinta Dewi Jumat, 17 April 2020 | 11:46 WIB
Share
Share

Selama Pandemik COVID-19, penurunan pendapatan harian di berbagai industri bisnis tidak dapat dihindari. Saat sesi Webinar A Cup Of Moka terungkap bahwa pendapatan harian pada industri F&B yang menjadi merchant Moka mengalami penurunan hingga lebih dari 40%.

Namun disisi lain data Moka menunjukkan penggunaan jasa layanan antar mengalami peningkatan hingga 30% .Sejalan dengan Moka, SurveySensum menunjukkan aktivitas konsumen di luar rumah selama pandemi corona menurun drastis. Dari total konsumen yang disurvei, 76% konsumen mengurangi frekuensi pergi ke pusat perbelanjaan.

Senior Data Analis Moka Hutami Nadya Larasati menyatakan saat ini ada sekitar 40.000 pengusaha, baik skala besar maupun UKM, yang telah menjadi merchant Moka. 65% diantaranya bergerak di bidang F&B, di bidang ritel mencapai 20% dan yang bergerak di bidang layanan jasa atau service sekitar 15%.

Hutami menjelaskan bahwa salah satu strategi yang dapat difokuskan untuk menyiasati kondisi usaha saat ini adalah dengan pembelanjaan online dan memaksimalkan pembelanjaan dengan jasa antar, baik untuk F&B ataupun ritel dan service.

Pelaku usaha F&B dapat berinovasi dengan membuat menu khusus delivery yang dapat dimasak dan diolah sendiri oleh para konsumen sehingga dapat dimanfaatkan di waktu luang saat di rumah.

“Para pelaku usaha dapat memperhatikan tren yang kini sedang berlaku di masyarakat, misalnya kegiatan masak di rumah, bisnis F&B dapat shifting untuk menyediakan bahan baku makanan siap masak dengan opsi jasa pengantaran untuk mendukung social distancing,” katanya.

Begitu juga dengan ritel dan jasa, pelaku usaha dapat membuat paket khusus untuk mendorong konsumen membeli secara online dan mengubah jasa menjadi suatu produk yang bisa digunakan oleh konsumen di rumah. Sistem Pay-it-forward merupakan skema dimana pelanggan dapat membeli terlebih dahulu paket produk atau jasa. Pelaku usaha juga dapat mengaplikasikan potongan harga dengan bentuk berupa kupon untuk para pelanggan.

“Selain itu, momen menjelang Ramadhan adalah momen yang tepat untuk berbagi bersama yang lebih membutuhkan, kita bisa mulai dengan menambahkan opsi menu untuk didonasikan ke yang membutuhkan. Untuk mendapatkan cashflow positif, merchant juga bisa memberlakukan skema pay-it-forward untuk pelanggan,” kata Hutami.

Sedangkan untuk layanan kecantikan, Moka menyarankan agar UKM bisa mengubah layanan jasa menjadi produk yang bisa digunakan oleh konsumen di rumah. Serta, membuat bundle package, dimana konsumen dapat membayar untuk sejumlah layanan sekaligus dalam bentuk promo.

Aktivitas konsumen yang lebih banyak dirumah, dapat menjadikan kesempatan bagi industri bisnis untuk beralih ke bisnis digital. Melalui aplikasi online, pegiat bisnis terutama UKM akan tetap berjalan walau dalam masa pandemik ini.

Sementara itu Associate Consultant Iventure Farid Fatahillah menyarankan agar pelaku bisnis terutama UKM harus membuat strategi baru di tengah pandemik ini dengan “Stay at Home Economy”, yaitu ekonomi yang digerakkan oleh pelaku ekonomi yang tinggal di rumah. Dia menyarankan agar setiap brand harus menjadi solusi dan menjadi brand yang empatik dalam social distancing.

“Bagi brand builder, bencana COVID-19 bukanlah semata great disaster tapi great corrector. Bencana kemanusiaan seperti COVID-19, kerusakan lingkungan, dan beragam persoalan sosial kian merajalela. Karena itu brand tak bisa cuci tangan. Brand harus peduli dan menjadi solusi. Setiap brand harus menjadi brand yang empatik. Ini adalah keharusan dan kenormalan baru,” jelasnya.

  • Editor: Rommy Rustami
TAGS
LATEST ARTICLE