Seberapa Aman Sih, Teknologi Blockchain untuk Privasi Kita?

Oleh: Alfhatin Pratama
Senin, 13 Mei 2019 | 17:03 WIB
Ilustrasi teknologi blockchain (shutterstock)

18 Januari 2018, enam perusahaan blockchain yang beroperasi di Indonesia membentuk Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI). "Industri blockchain di Indonesia sejak tahun 2018 mengalami kenaikan yang pesat, mencapai 30%," kata Muhammad Deivito Dunggio, Direktur Eksekutif ABI di Jakarta (10/5).

Sebenarnya, apa sih blockchain?

Menurut laki-laki yang kerap dipanggil Oham itu, blockchain adalah teknologi tanpa perantara yang terdesentralisasi. Dengan blockchain, seseorang dapat mengirimkan data, nilai, dan informasi secara instan tanpa bergantung pada pihak ketiga. ABI yang telah berdiri sejak tahun 2018 lalu aktif berdiskusi dengan pemerintah, pelaku industri, dan akademisi untuk menyosialisasikan manfaat dari penggunaan teknologi ini.

Baca juga: Royalti Hak Cipta Berbasis Blockchain. Apa Keunggulannya?

Muhammad Deivito Dunggio, Direktur Eksekutif Asosiasi Blockchain Indonesia (Foto Istimewa)
Masalah privasi data

Oham mengatakan sekarang mulai banyak perusahaan yang terjun ke industri blockchain karena data. Nah, di era digital seperti sekarang, data bisa dianalogikan sebagai minyak. "Banyak yang mulai berlomba mengumpulkan data sebanyak mungkin. Tapi, dengan pengaturan atau pengamanan yang kurang tepat, data tersebut bisa saja bocor dan sampai ke pihak lain yang tidak bertanggung jawab," tambahnya.

Selanjutnya, Oham juga menjelaskan tentang bagaimana teknologi blockchain memiliki keamanan data yang baik. Ia mengambil contoh situs Bitcoin Block Explorer. Situs itu mencatat semua transaksi bitcoin di seluruh dunia secara real-time. Semua orang bisa cek, datanya bersifat publik, dan tak bisa dimanipulasi. 

"Blockchain adalah sebuah database. Database yang digunakan untuk mencatat pengiriman dan penerimaan bitcoin. Situs itu merupakan cikal bakal dari teknologi blockchain yang bisa diaplikasikan ke berbagai industri. Kalau hal ini bisa digunakan untuk mencatat keuangan secara global, mengapa tak bisa digunakan untuk mencatat hal yang lainnya?" kata laki-laki yang juga produser dari Podcast Kuliah Aset Kripto itu.

Baca juga: Sistem Pembayaran Berbasis Blockchain Akan Segera Datang

Ilustrasi privasi data (shutterstock)
Data privasi tapi bisa dilihat publik? Apa tidak kontradiktif?

Oham menjelaskan bahwa data yang tersimpan di blockchain, contohnya di situs Bitcoin Block Explorer, adalah wallet atau dompet bitcoin milik Si A dengan jumlah saldo sekian bitcoin. Kalau dianalogikan, blockchain seperti rak yang tersusun kotak. Terdiri dari blok 1, blok 2, hingga blok yang terbaru.

Setiap pengguna yang punya dompet, tersimpan rapi dalam blok tersebut. Fungsinya agar pengguna tahu di mana dompetnya tersimpan. Untuk keamanan data, misalnya ada orang lain yang ingin lihat ke dalam rak ini, semua orang bisa lihat dompet bitcoin seseorang dengan jumlah saldonya, di rak sebelah mana, transaksinya dengan siapa saja tapi ia tidak bisa mengetahui dompet itu milik siapa. Kecuali, seseorang yang memiliki dompetnya memberitahu alamat bloknya, maka orang lain bisa tahu.

Untuk mengakses dan memindahkan jumlah saldo yang ada di dalam dompet tersebut, seseorang juga harus memiliki private key atau PIN. "Hal seperti ini kan gak bisa didapatkan dari otoritas keuangan konvensional," tambahnya.

Baca juga: Blockchain Solusi Untuk Industri Game Lokal

Ilustrasi pengaplikasian teknologi blockchain (shutterstock)
Sebenarnya, menurut Oham, ada yang mengatakan kontradiktif mungkin karena banyak yang belum lihat seperti apa data yang tertulis di dalam blockchain. "Justru, yang kita semua bisa lihat ini adalah model pengamanan privasi data yang lebih aman dibandingkan menyimpan data dalam server yang tersentralisasi," jelasnya.

Contohnya, jika ada PT. Bitcoin, berarti semua transaksi yang dilakukan diketahui dan dikontrol oleh PT. Bitcoin. Tapi, sebagai teknologi yang terdesentralisasi, tidak ada otoritas yang memiliki. Teknologi blockchain dimiliki oleh penggunanya semua. "Transparan tapi aman," tambahnya.

Perkembangan teknologi blockchain di Indonesia

Kedepannya, ABI akan terus memajukan perkembangan teknologi blockchain di Indonesia agar bisa diaplikasikan ke berbagai sektor. Termasuk sektor non-keuangan yang sampai saat ini masih belum terjangkau.

Berdasarkan visi dan misi dari ABI, Oham menjelaskan bahwa adanya asosiasi sangatlah penting. ABI, katanya, hadir untuk mendukung perkembangan teknologi blockchain secara positif. Kalau tidak ada asosiasi yang mendukung perkembangan positif, maka yang negatif cenderung akan lebih cepat tumbuh.

Tak menutup kemungkinan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab akan menyalahgunakan teknologi semacam ini.

Yuk, belajar dari sekarang karena industrinya sedang perkembang, lho!

Baca juga: OnlinePajak Mulai Gunakan Blockchain