Hadapi Serbuan Produk Impor, Genjot Local Makers

Oleh: Aulia Annaisabiru Ermadi
Kamis, 30 Agustus 2018 | 11:45 WIB
ilustrasi (Shutterstock)

Indonesia memiliki kekayaan budaya lokal yang sangat beragam. Di setiap daerah memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing. Hal ini turut berpengaruh pada seni kriya atau kerajinan tangan yang dihasilkan.

Mewarisi budaya yang bernilai tinggi, seni kriya di Indonesia sudah terkenal di dunia internasional. Bahkan Indonesia menduduki posisi ke 3, industri kreatif terbesar di dunia.

Di sisi lain, pelaku kerajinan lokal ini juga harus menghadapi transformasi ekonomi dari tradisional ke digital. Apalagi dibarengi dengan barang impor yang terus membanjiri pasar, produk lokal harus siap bersaing.

Benny Fajarai, founder Qlapa, mengatakan kerajinan lokal Indonesia tidak kalah dengan produk impor, karena keunikan dan kualitasnya. Selain itu kreativitas dan inovasi harus terus digenjot agar tidak tertinggal dengan brand luar negeri.

Semangat itu yang diterapkan olehnya di Qlapa. Marketplace produk buatan tangan asli Indonesia itu menjunjung tinggi prinsip transparansi, kualitas dan kebersamaan. Setiap produk yang dijual di marketplace ini harus diseleksi terlebih dahulu untuk menjamin mutunya.

Benny Fajarai, CEO & co-founder Qlapa (dok. Qlapa)

Baca juga: 10 Tips Branding Bisnis Lokal dengan Budget Minimal

"Kita seleksi, interview (pembuatnya) dan (periksa) akurasi produknya. Kita pastikan bahwa produk tersebut handmade, benar-benar produk sendiri tidak dropship. Makers harus mengerti cara membuatnya untuk menjaga kualitasnya," tegasnya.

Qlapa secara resmi dibuka pada November 2005, Benny mendirikannya bersama Fransiskus Xaverius sebagai CTO. Untuk memulai ini, Benny mengaku harus bergerilya demi menghidupkan usahanya itu. Dimulai dengan berkeliling daerah-daerah potensi kriya di Indonesia seperti Jogja dan Bali menggunakan motor, melihat dan mengajak secara langsung pengrajin.

"Di awal-awalnya untuk mencari seller saya keliling, muter-muter ke daerah-daerah seperti Jogja naik motor ke daerah-daerah melihat secara langsung pengrajin, mengajak pengrajin untuk bergabung dari mereka yang gagap teknologi, " jelas Benny, CEO dan Co-Founder Qlapa.

Tentu pada awalnya tidak semuanya mau bergabung di Qlapa. Namun ia terus melakukan itu hingga mampu mengumpulkan 300 pengrajin sebagai pengguna awal. 

Berawal dari jumlah itu, sekarang Qlapa telah memiliki lebih dari 4.000 pengrajin, ratusan ribu produk yang ditawarkan dan miliaran rupiah transaksi setiap bulannya. Di Qlapa berbagai produk buatan tangan tersedia, seperti kemeja batik, tenun, tas dan sepatu kulit, dompet, perhiasan, dekorasi rumah, dan produk buatan tangan lainnya.  

Baca juga: 3 Tantangan Utama Pebisnis Lokal

Homepage Qlapa