Atlet ESport di Asia Tenggara, Dapat Uang dari Mana?

Oleh: Alfhatin Pratama
Senin, 21 Januari 2019 | 11:15 WIB
Atlet eSport sedang bertanding (shutterstock)

Atlet eSport atau pemain eSport profesional berbeda dengan gamer biasa pada umumnya. Selain keterampilan yang unggul dan pengalaman yang banyak, para atlet eSport digaji oleh manajemen tim untuk berkompetisi dan memenangkan turnamen atau liga. Itu yang membuat mereka disebut sebagai pemain profesional.

Berdasarkan Fox Sports Asia, meskipun tidak diungkapkan perincian nominal pendapatannya, sumber pendapatan utama para pemain eSport profesional dibagi menjadi tiga. Pertama, gaji tetap. Kedua, hadiah dari turnamen, dan ketiga, channel streaming.

Untuk mengetahui lebih lengkap, simak beberapa hal yang telah dirangkum Digination.id berikut ini.

Hadiah turnamen

Menyabet kemenangan dalam turnamen adalah salah satu cara tercepat untuk mencapai kesuksesan dalam dunia eSport. Apalagi, turnamen itu berhadiah puluhan juta dolar, seperti turnamen Dota 2 bernama The International.

Dota telah menjadi salah satu judul video game yang dapat mengukur kesuksesan Asia Tenggara dalam eSport. Contohnya, tahun 2018 Jianwei "xNova" Yap, atlet eSport asal Malaysia menjadi atlet berpenghasilan tertinggi di Asia Tenggara. Itu setelah laki-laki berusia 21 tahun itu meraih posisi runner-up bersama tim PSG.LGD di turnamen tahunan Dota 2, The International 2018 (TI8).

Jianwei yang berpenghasilan USD 1.132.528 dari turnamen tahun 2018 diikuti oleh dua atlet eSport asal Malaysia lainnya, Zheng "MidOne" Yeik Nai dan Chai "Mushi" Yee Fung dengan penghasilan masing-masing lebih dari USD 1 juta. Ada juga Djardel Jicko "DJ" Mampusti dari Filipina dengan penghasilan lebih dari USD 600 ribu dari turnamen.

Baca juga: Wow, Pemerintah Tokyo Gelontorkan 50 Juta Yen Untuk Turnamen eSport!

Gaji tetap

Gaji tetap adalah satu sumber utama pendapatan para gamer profesional. Hal ini merupakan persetujuan ketika mereka menandatangani kontrak dengan manajemen tim. Rata-rata gaji yang didapat oleh setiap atlet eSport berkisar dari USD 1.000 hingga USD 5.000 setiap bulan.

Faktor lain juga menjadi penentu besar atau kecilnya gaji pemain. Seperti reputasi dan keahlian atlet eSport tersebut, bersama tim apa mereka berkompetisi, dan pada turnamen dan liga apa tim mereka bermain, juga di regional mana mereka berada. 

Di liga-liga besar eSport, pemain bisa mendapatkan gaji hingga di atas USD 15.000. Misalnya, pada North America League of Legends Championship Series (NA LCS), gaji pemain secara keseluruhan rata-rata mencapai USD 320.000 per tahun. Bahkan, angka ini menyaingi rata-rata gaji pemain di Major League Soccer (MLS), liga sepakbola Amerika Serikat.

Ember, salah satu tim League of Legends di NA LCS, pernah menyebutkan bahwa 4 pemainnya memiliki gaji tetap dari USD 60.000 hingga USD 65.000 per tahun.

Baca juga: Ini Dia Peluang Karier di Industri Game

Ilustrasi eSport mendatangkan uang banyak (shutterstock)

Akan tetapi, besaran gaji yang disebutkan di atas bagaikan langit dan bumi jika dibandingkan dengan besaran gaji atlet eSport di Asia Tenggara. Contohnya, di The Philippine Pro Gaming Series, liga eSport League of Legends di Filipina, pemain hanya mendapatkan gaji per bulan sebesar PHP 15.000 atau setara dengan USD 285.

Perbedaan yang mencolok ini dapat disebabkan oleh faktor pendukung seperti ekosistem eSport yang ada. Jika terus dibiarkan, hal ini akan mempersulit pemain maupun tim eSport dalam mencapai kesuksesan finansial.

Streaming

Selain dari gaji tetap dan kemenangan turnamen, banyak atlet eSport saat ini menggunakan streaming online untuk menambah penghasilan mereka. Bagi sebagian besar pemain profesional, hal ini cukup mudah dilakukan. Biasanya, mereka akan melakukan streaming secara online pada saat sesi latihan rutin atau pertandingan resmi mereka. Penontonnya pun terus meningkat dari tahun ke tahun.

Beberapa mantan atlet di Dota 2 bahkan ada yang memilih live streaming sebagai pekerjaan full time mereka. Contohnya Wehsing "SingSing" Yuen dan Henrik"AdmiralBulldog"Ahnberg

Apalagi, jika para gamer profesional sekaligus streamer memiliki follower di Twitch TV, saluran khusus untuk streaming seputar game online, sejumlah 2.000 orang. Mereka dapat memperoleh tambahan sekitar USD 5.000 setiap bulannya. Bahkan, mereka juga dapat memonetisasi channel-nya dengan iklan dan penawaran sponsor atau donasi dari penonton.

Namun, permasalahan koneksi internet yang buruk di beberapa negara di Asia Tenggara dibandingkan negara-negara di kawasan lainnya menjadikannya sulit jika mengandalkan penonton Twitch TV dari kawasan ini saja. Selain Twitch TV, Youtube juga masih menjadi platform favorit untuk melakukan streaming. 

Kalau di Indonesia bagaimana, ya?

Baca juga: Ini 3 Negara dengan Penghasilan eSports Terbesar di Dunia!