Ini 3 Gejala Kamu Harus Banting Setir Jadi Entrepreneur

Oleh: Aulia Annaisabiru Ermadi
Jumat, 30 November 2018 | 17:05 WIB
Ilustrasi manajemen tim (shutterstock)

Menjadi karyawan memang menyenangkan: memiliki gaji tetap, posisi mapan dan jenjang karir yang jelas membuat orang nyaman pada zona ini. Zona nyaman memang menggiurkan tapi juga menyesatkan. Ide bisnis yang selama ini kamu pikirkan tidak bisa kamu kembangkan secara maksimal. 

Bukan rahasia lagi, untuk keluar dari zona nyaman dan bertekad menjadi seorang entrepreneur memerlukan keberanian yang luar biasa. Kamu harus mempertaruhkan segalanya termasuk uang, tabungan dan waktu. Dikutip dari Forbes, Lori Grenier, investor dan entrepreneur asal Amerika mengatakan "Entrepreneur adalah satu-satunya orang yang akan bekerja selama 80 jam seminggu."

Tapi siapa yang tidak mau jadi entrepreneur? Menjadi bos untuk usahanya sendiri, bebas dari aturan jam kerja, potensi pendapatan besar dan passion bisa tersalurkan. Untuk tahu kapan waktu yang tepat untuk ambil langkah berani ini, baca tiga gejala berikut ini:

Baca juga: Long Weekend Sambil Kerja, Emang Bisa?

Lingkungan kerja yang tidak menyenangkan

Faktor stres yang sering dialami karyawan adalah berada di lingkungan kerja yang tidak kondusif dan tidak nyaman. Lingkungan kerja yang tidak nyaman dapat berpengaruh pada kinerja dan performance seorang karyawan. Jika kamu merasa tidak bahagia dalam pekerjaan ini, itu adalah pertanda bahwa kamu perlu mengambil langkah berani untuk keluar.

"Jika kamu tidak merasa bahagia dengan situasi yang ada di kantor, maka kamu harus mengubahnya. Tapi untuk mengubahnya butuh waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun," kata Mary Clavieres, pendiri dan CEO The Transitions Collective, sebuah platform pelatihan kewirausahaan"Buat rencana, kenali kondisi keuanganmu, tetapkan tujuan dan jangan menyerah. Akan ada saatnya ketika kamu harus meninggalkan pekerjaanmu yang sekarang dan menjalankan bisnismu sendiri."

Baca juga: Kata Siapa Jadi Entrepreneur Nggak Stres?

Ilustrasi entrepreneur (Shutterstock)

Meredupkan semangat dalam bekerja

Kate Anderson, seorang desainer perhiasan dan pemilik shop shelter, mengatakan "Saya memulai bisnis perhiasan ini ketika masih bekerja full-time di suatu perusahaan, dan lama kelamaan menjalankan keduanya menjadi berat. Titik baliknya, saya merasakan kualitas pekerjaan menurun di dua bidang tersebut. Itu adalah gejala saya harus keluar." 

Mengerjakan dua hal sekaligus memang tidak mudah. Delapan jam waktu bekerja di kantor dan setelahnya harus mengurusi bisnis. Hampir tidak ada waktu untuk istirahat. Akibatnya pekerjaan menjadi tidak maksimal dan produktivitas menurun. "Saya merasa bahwa kesempatan ini harus diambil sekarang atau tidak sama sekali. Untuk berhenti dari pekerjaan ini dan memulai bisnis sendiri secara penuh," ujar Anderson.

Anderson juga memberikan saran sebelum memutuskan full time mengurusi bisnis sendiri dan keluar dari pekerjaan, penting untuk berkonsultasi dengan akuntan terlebih dahulu untuk memahami kebutuhan keuangan dan pastikan juga untuk memiliki jaringan pelanggan yang kuat. "Perlu untuk memiliki data dan jaringan sebelum secara penuh berbisnis dan dari data ini kamu bisa memprediksi tren pasar dan memperkirakan pendapatan bulanan," tambahnya.

Baca juga: Kamu Entrepreneur?

Ilustrasi riset pasar (shutterstock)

Mengidentifikasi celah pasar

Ide bisnis yang baik adalah yang mampu mengatasi masalah kehidupan manusia. Sebelum memutuskan untuk keluar, pastikan bahwa masalah tersebut memang layak untuk dipecahkan. Kraig Swensrud meninggalkan pekerjaannya sebagai CMO Salesforce, perusahaan penyedia teknologi untuk kebutuhan bisnis, untuk memulai perusahaannya sendiri yaitu GetFeedback.com. Swensrud melihat celah pasar atas produknya saat bekerja di Salesforce.

"Hal penting sebelum memutuskan meninggalkan rutinitas 9 to 5 dan berusaha dengan bisnis sendiri adalah memvalidasi kebutuhan pasar akan produk atau layanan yang diciptakan," kata Swensrud. "Validasi bahwa apa yang akan kamu buat adalah sesuatu yang menarik dan orang mau untuk membayarnya."

Jika bidang bisnismu berbeda dengan industri tempatmu bekerja, ada cara lain untuk memvalidasi pasar. Joshua Ernst, co-founder urBin Storage menyarankan untuk memulainya dengan bertanya pada orang-orang di sekitarmu. Mendegarkan saran dari teman, keluarga, kolega dan tanyakan apakah mereka mau membeli produk atau layanan yang kamu sediakan.

Baca juga: Buat Kamu yang Pengin Jadi Entrepreneur...

Setelahnya, lihat persaingan yang ada guna memastikan produkmu bisa bersaing dengan pasar. Langkah selanjutnya kembali ke rencana dan kembangkan business plan yang sudah ada. Terakhir, jangan lupa untuk bertemu dengan rekan-rekan startup lainnya untuk meminta saran dan bimbingan.

"Pastikan strategi dan rencana yang sudah kamu buat terverifikasi dengan baik," tutup Ernst.

Jadi kapan kamu siap jadi entrepreneur?

Baca juga: Kisah Binatang dalam Dunia Entrepreneur