Inovasi Adalah Harga Mati!

Oleh: Desy Yuliastuti
Minggu, 28 Oktober 2018 | 17:00 WIB
Ki-Ka, Lembu Wiworojati, Bahari CK, Rika Kromodimuljo, Reza Setiawan, di acara Tech in Asia Jakarta 2018

Industri digital kreatif selalu bergerak mengikuti zaman, pun dengan dunia pemasaran yang telah berubah selama beberapa dekade. Tiga tahap Marketing yang kita kenal, yakni Marketing 1.0, 2.0, dan 3.0. akan segera ditinggalkan.

Era Marketing 1.0 dikenal sebagai era produk-sentris, kemudian Marketing 2.0 mulai dicampuri teknologi informasi sebagai inti revolusi digital. Era Marketing 3.0 interaksi manusia ke manusia lebih ditekankan, selanjutnya di masa transisi pemasar tetap mempertahankan manusia-sentris sambil beradaptasi dengan ekonomi digital. Kita menyebutnya dengan istilah Marketing 4.0. Teknologi menjadi pemicu daya saing yang tak terelakkan. Karenanya kreativitas dalam perusahaan berbasis teknologi digital sagatlah penting.

Dalam diskusi bertajuk “Hacking the Creative Market dalam Industri Digital” pada gelaran Tech in Asia di Jakarta, diulas bagaimana strategi kreatif yang tepat dapat menjadi hook ketertarikan dan pemahaman masyarakat terhadap bisnis teknologi.

“Perkembangan teknologi dan munculnya berbagai macam startup baru di Indonesia, membuat kampanye kreatif menjadi salah satu alat penting dalam mendekatkan teknologi dengan masyarakat,” ujar Reza Setiawan, Founder dan Executive Director Firmatoya membuka diskusi yang digelar Rabu, (24/10).

Baca juga: 5 Inovasi Startup Fintech Indonesia Bantu Pecahkan Masalah Finansial

iliustrasi ide di benak kita (shutterstock)

Proses mengolah kreatifitas tentu tak semudah membalikkan telapak tangan. Hal ini diakui Lembu Wiworojati, Associate Vice President Creative Marketing Division Bukalapak. Tim marketing stratupnya menghadapi banyak tantangan sebelum muncul inovasi-inovasi yang mengantarkan Bukalapak mencapai golden moment sebagai startup Unicorn. Saat ini valuasi Bukalapak Rp14,2 triliun, unicorn ke-4 setelah Go-Jek, Tokopedia, dan Traveloka.

Lembu sendiri mengawasi semua konten kreatif di Bukalapak dan memastikan bahwa pesan di berbagai saluran konsisten dan sejalan dengan visi dan misi perusahaan. Dia menyadari bahwa di tengah persaingan startup digital di Indonesia, inovasi jadi harga mati. Kreativitas mutlak diperlukan untuk membedakan Bukalapak dengan perusahaan e-commerce lainnya.

“Perusahaan harus inovatif dan terampil dalam menangkap peluang sehingga mereka dapat menonjol di pasar yang jenuh,” ungkap pria yang juga dikenal sebagai artis ini.

Senada dengan itu, Chief Operating Officer Tech in Asia Indonesia, Putra Setia Utama, menyebut kolaborasi antarindustri juga menjadi elemen dalam strategi kreatif. “Gelaran Tech in Asia di Jakarta adalah platform  bagi para entrepreneur industri digital untuk melakukan networking, mencari partner, hingga kesempatan pendanaan,” sambutnya.

Inovasimu, mana?

Baca juga: Inilah Peluang dan Ancaman Inovasi Kota Masa Depan