LogoDIGINATION LOGO

Startup dan Bayangan Hitam Resesi

author Oleh Nur Shinta Dewi Selasa, 21 Juli 2020 | 15:58 WIB
Share
Share

Perekonomian dunia sedang terguncang karena pandemi COVID-19. Banyak perusahaan yang mulai gulung tikar karena tidak mampu mempertahankan bisnisnya di masa krisis ini. Startup, salah satu perusahaan yang terkena imbasnya. Bahkan sebagai perusahaan yang berdiri kurang dari 5 Tahun ini terancam gulung tikar lebih cepat.

Institute of Chartered Accountants in England dan Wales (ICAEW) memprediksi sebagian besar negara di Asia Tenggara akan menghadapi resesi di semester pertama 2020 sebelum mengalami kontraksi sebesar 1,9% di tahun yang sama. Leader Startup harus pandai memanage karyawan, dan keuangan perusahaan. Jika tidak pemangkasan karyawan dan gulung tikar akan menjadi mimpi buruk. Mari kita lihat wajah ekonomi global.

Wajah Ekonomi Global
Beberapa pakar memprediksi ketidakpastian ekonomi masih akan terus berlanjut walau perekonomian sudah berjalan di masa new normal ini. Berdasarkan laporan yang dipublikasikan oleh Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW) dan Oxford Economics pada bulan Juni kemarin, Produk Domestik Bruto (PDB) dunia diprediksikan akan menurun sebesar 4,7% di tahun 2020.

Angka ini menunjukkan dampak yang dua kali lebih besar jika dibandingkan dengan krisis finansial global pada tahun 2008, dan merupakan resesi global terbesar pasca perang.

Perekonomian negara-negara ASEAN-5 (Indonesia, Thailand, Malaysia, Filipina, Vietnam) diperkirakan akan menurun sebesar 0,7% di tahun 2020, dibandingkan dengan ekonomi global yang diperkirakan akan menurun 4%.

Sementara itu, Indonesia terlihat mengalami dampak yang sedikit lebih ringan dengan (PDB) yang diperkirakan akan sedikit tumbuh sebesar 1,1%. Situasi ini diramalkan akan membaik di 2021 seiring kembalinya aktivitas ekonomi.

Walau menurut pakar dan pengamat ekonomi, Indonesia masuk negara yang mampu mengatasi krisis. Namun pemerintah meramalkan ekonomi Indonesia minus 3,8% pada kuartal II 2020 dan minus 1,6% akibat hantaman pandemi COVID-19. Dalam ilmu ekonomi, negara yang pertumbuhannya minus dalam dua kuartal berturut-turut artinya berpotensi masuk ke dalam jurang resesi.

"Kami berharap kuartal III dan kuartal IV 2020 (pertumbuhan ekonomi) 1,4 persen atau kalau dalam negatif bisa minus 1,6 persen. Itu technically bisa resesi kalau kuartal III negatif dan secara teknis Indonesia bisa masuk zona resesi," kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani.

Bagaimana seharusnya startup mengatasi resesi?
Southeast Asia (SEA) Virtual Economic Forum 2020 yang diadakan oleh ICAEW menyimpulkan terdapat tiga hal yang harus dimiliki oleh pelaku bisnis dan ekonomi agar dapat beradaptasi dengan keadaan normal baru. Ketiga hal tersebut yakni trust (rasa percaya), talent (sumber daya manusia), dan technology (teknologi). Ketiga hal ini juga dapat diimplementasikan untuk menanggulangi resesi.

Selain ketiga hal tersebut berikut yang harus diperhatikan startup untuk mengatasi resesi:

Mulai pikirkan model bisnis berkelanjutan
Sebagai perusahaan yang baru merintis, sering kali startup melakukan perubahan model bisnis seiring berkembangnya inovasi dan teknologi baru. Melihat masa resesi semua perekonomian dunia menurun, tentu hal ini juga berimbas pada investor yang mendanai startup. Oleh karena itu, untuk menanggulangi hal ini, startup perlu menetapkan model bisnis yang berkelanjutan dan menguntungkan. Setidaknya saat resesi, startup bisa bertahan tanpa bergantung pada suntikan dana investor.

Stop bakar uang
Startup dikenal banyak memberikan promo, cashback dan diskon lainnya, namun kebiasaan ini lebih baik dikurangi terlebih dahulu di masa resesi. Walau tindakan bakar uang masih efektif untuk meningkatkan pengguna namun membangun nama brand yang lebih peduli mungkin lebih tepat. Misalnya, program donasi dari hasil pembelian produk.

Lakukan kolaborasi
Di Masa resesi, kolaborasi menjadi pilihan yang tepat untuk mempertahankan bisnis. Dengan kolaborasi startup akan saling diuntungkan dengan model bisnis masing-masing.
Misalnya Online Travel Agencies (OTA) perlu mengantar pengunjung untuk mengunjungi destinasi wisata, namun sayangnya mereka belum menyediakan tour guide dan kendaraan untuk berkeliling tour. Startup OTA bisa bekerja sama dengan ojek online agar bisa saling mendukung usaha masing-masing dengan unsur simbiosis mutualisme.
Selain itu kolaborasi bisa dapat meningkatkan jumlah konsumen, startup pun tidak perlu mengeluarkan uang untuk biaya operasional lainnya. Masing-masing startup juga tentu  memiliki konsumen masing-masing dengan kerja sama ini, startup bisa mendapat keuntungan dari bertukar konsumen.

Evaluasi sistem pemasaran
Saat pendapatan bisnis menurun, banyak pebisnis yang menurunkan bujet untuk pemasaran secara drastis. Penghematan memang diperlukan, tapi tidak berarti menurunkan bujet secara drastis.
Selain penghematan, Startup perlu mempertimbangkan cara pemasaran yang lebih efektif. Oleh karena itu, segera lakukan evaluasi sistem pemasaran. Iklan digital dikira lebih murah dan lebih tepat sasaran dibandingkan iklan di media elektronik.

Fokus tingkatkan laba
Kemungkinan terburuk resesi yang menjadi mimpi buruk startup adalah gulung tikar. Dengan adanya kemungkinan terburuk ini sudah sepatutnya perusahaan startup mulai fokus tingkatkan laba. Pertimbangan untung rugi harus menjadi prioritas. Tentu ini bisa dilakukan setelah model bisnis sudah matang.

  • Editor: Rommy Rustami
TAGS
RECOMMENDATION
LATEST ARTICLE