LogoDIGINATION LOGO

#manusiaPunyaMasa

author Oleh Alamanda Shantika Rabu, 14 Agustus 2019 | 08:15 WIB
Share
Gabby dan Ala (foto diambil dari LinkedIn Alamanda Shantika)
Share

Manusia itu punya masanya. 

Akhir-akhir ini saya banyak belajar dari anak kecil bernama Gabby. Dia yang sekarang menemani saya kemana pun saya pergi. Anggap saja dia seperti bayangan saya yang selalu ada menemani saya.

Gabby baru menginjak umur 20 tahun beberapa hari lalu. Beberapa hari juga setelah hari ulang tahunnya, Gabby agak kena "marah" sedikit dari saya karena kelalaiannya. Tapi, beberapa kali dia melakukan kesalahan, dia selalu excuse. Padahal, saya tahu Gabby cuma "ngeles" aja. Kurang lebih ini percakapan saya dengannya di Whatsapp.

Disitu saya semakin mengerti bahwa di masa Gabby sekarang, untuk dia bisa mengakui kesalahan itu, tidak mudah. Sedangkan untuk tim saya dulu di Go-jek, mengakui kesalahan dan kemudian berdiskusi untuk bagaimana kesalahan itu tidak terulang lagi, menjadi hal yang sudah biasa dan bukan merupakan suatu ketakutan. Karena mereka sudah mengerti, kesalahan satu orang adalah menjadi kesalahan satu tim. Begitu juga sebaliknya, sesuatu hasil yang bagus adalah hasil jerih payah satu tim, bukan hanya satu orang.

Dan saya makin mengerti bahwa manusia itu punya masanya, kita ada di tahap mana dalam pembelajaran kita. Sama seperti saya dulu, pertama kali menghadapi satu tim saya ada yang bertengkar, saya harus memanggil mereka berdua kemudian duduk di tengah-tengah mereka untuk menjadi penengah. Di saat itu, hal itu bukan hal yang mudah untuk saya. Tapi seiring berjalannya waktu, hal itu sudah bukan lagi sebuah ketakutan untuk saya.

Saya juga jadi ingat apa yang Mama saya pernah bilang. Mama saya berlatar belakang guru dan perkembangan anak. Dia pernah bilang, "Kita ga bisa expect anak umur 3 bulan bisa ngomong atau bisa makan nasi. Atau kita ga bisa ngasih PR anak umur 12 ke anak umur 3 tahun. Mereka punya waktunya masing-masing di mana mereka bisa melakukan sesuatu."

Baca juga: Kompetisi Versi Ala: Rangkul Kompetitor Untuk Kerjasama!

semua ada masanya... (Shutterstock)
Satu lagi yang mengingatkan saya tentang arti hidup dari teman dan sahabat saya, Stephanie Hermawan. Saat itu di perjalanan kita menuju kelas meditasi hari Rabu, dia bilang, "La, hidup itu selalu tentang belajar. Coba pikir deh la, Tuhan itu gak pernah membedakan mana orang jahat dan mana orang baik, karena kita semua dikasih matahari, dikasih nafas yang sama. Tuhan itu udah memberikan segalanya, jadi setiap sesuatu yang kurang baik terjadi dalam hidup kita, itu adalah karma dari apa yang kita lakukan. Dari kejadian itu pasti ada kesalahan kita dan kita harus belajar tentang sesuatu."

Begitu juga yang guru agama saya pernah bilang ke saya, dia melempar pertanyaan, "Kenapa orang kalo dapet nilai 100 bahagia?" Jawabannya, "Karena kalo dapet 100 berarti bener semua, makanya orang bahagia. Nah kalo ada sesuatu yg bikin kita gak bahagia, berarti masih ada yang salah dalam hidup kita."

Saya juga langsung ingat lagi ke Mama saya. Saya punya keponakan berumur 3taun-an, dispenser di rumah bagian air panas nya tidak pernah ditutup. Mama saya bilang "Ga apa-apa nanti juga Alea akan tahu itu ga boleh dipencet". Sampai akhirnya suatu hari terjadi, keponakan saya mungkin penasaran dan dipencet lah air panas itu, kena tangannya dan dia nangis jerit-jerit. Tapi betul kata ibu saya, dari kejadian itu sampai sekarang keponakan saya tahu itu berbahaya.

Jadi kembali ke inti dari tulisan saya hari ini tentang "The spirit of learning and collaboration". Bagaimana hidup kita dipenuhi dengan pembelajaran, tidak akan berhenti belajar, dan semua orang punya masanya masing-masing. Bagaimana kita harus saling berkolaborasi, mengerti satu sama lain dan juga saya sebagai orang yang lebih dewasa harus bisa membimbing Gabby supaya Gabby ga harus "ngeles" di bimbel.

Baca juga: Data Science di Era Ekonomi Digital. Berapa Besar Potensinya?

  • Editor: Dikdik Taufik Hidayat
  • Sumber: LinkedIn Alamanda Shantika Santoso
RECOMMENDATION
LATEST ARTICLE