Ekonomi Digital Berpotensi Mendepak Pekerja yang Tidak Terampil

Oleh: Ana Fauziyah
Selasa, 22 Agustus 2017 | 04:42 WIB
Teknologi ini bisa menjadi alat yang efisien untuk membantu individu mendapatkan keterampilan baru yang spesifik, namun perkembangan ekonomi digital yang berbasis teknologi juga mengancam posisi para pekerja yang keterampilannya tidak mencukupi, tidak memadai atau ketinggalan zaman

Teknologi ini bisa menjadi alat yang efisien untuk membantu individu mendapatkan keterampilan baru yang spesifik, namun perkembangan ekonomi digital yang berbasis teknologi juga mengancam posisi para pekerja yang keterampilannya tidak mencukupi, tidak memadai atau ketinggalan zaman.


Meskipun sistem pembelajaran telah jauh berkembang selama satu dasawarsa terakhir, namun penetrasi teknologi dalam kehidupan manusia dianggap memiliki dampak nyata, juga berpotensi menciptakan fenomena pengangguran global yang masif dan permanen.


Pertanyaan yang kita hadapi saat ini, sebagai individu, sebagai pelaku bisnis, dan sebagai masyarakat adalah apa yang akan kita lakukan ketika ekonomi digital memberhentikan banyak orang dari pekerjaan mereka, sementara mereka tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan di era ekonomi digital.


Menjawab pertanyaan tersebut, Jenny Dearborn, Wakil Presiden Senior dan Chief Learning Officer SAP seperti dikutip dari laman Digitalistmag.com mengatakan bahwa model pembelajaran perlu diubah dan para pelaku bisnis perlu mengambil peran utama dalam mendorong perubahan tersebut.


SAP sendiri menurut Dearbon sudah mengambil langkah melalui kemitraan dengan sekolah menengah di mana siswa mendapatkan pelatihan kerja sehingga setelah lulus SMA bisa mempunyai gelar Associate yang berfokus pada teknologi.


Tantangan ekonomi digital ini tidak terbatas di Amerika Serikat saja, namun ini merupakan masalah ekonomi global. Setiap negara menghadapi tantangan yang sama dalam mempersiapkan masyarakatnya untuk menghadapi era ekonomi digital. Lalu siapkah Indonesia?