18 Pesantren Jadi Pilot Project Program Santripreneur 2018

Oleh: Ana Fauziyah
Minggu, 21 Januari 2018 | 06:24 WIB
Kementerian Perindustrian menargetkan 18 pondok pesantren yang akan menjadi percontohan dalam pelaksanaan program Santripreneur pada tahun 2018

Kementerian Perindustrian menargetkan 18 pondok pesantren yang akan menjadi percontohan dalam pelaksanaan program Santripreneur pada tahun 2018. Pondok pesantren tersebut meliputi delapan di wilayah Jawa Barat, lima di Jawa Tengah, dan lima di Jawa Timur.

Program Santripreneur selain bertujuan membuat para santri bisa melakukan proses industri di kehidupannya, juga membawa efek berantai pada peningkatan nilai tambah terhadap bahan baku lokal dan penyerapan tenaga kerja.

“Jadi, selain mengembangkan sumber daya manusia di lingkungan pondok pesantren, Santripreneur menjadi sarana pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar,” tutur Ratna Utarianingrum Direktur Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kimia, Sandang, Aneka dan Kerajinan.

Dalam implementasi program Santripreneur, Kemenperin memiliki dua pendekatan, yaitu model Santri Berindustri dan Santri Berkreasi. Santri Berindustri merupakan upayapengembangan unit industri yang telah dimiliki oleh pondok pesantren maupun penumbuhan unit industri baru yang potensial. Langkah ini diharapkan mendorong unit industri tersebut menjadi tempat magang para sumber daya manusia di lingkungan pesantren.

Sedangkan, model Santri Berkreasi merupakan program kegiatan pelatihan dan pendampingan dalam pengembangan potensi kreatif para santri maupun alumni yang terpilih dari beberapa pondok pesantren untuk menjadi seorang professional di bidang seni visual, animasi dan multimedia sesuai standar industri saat ini. Pelatihan animasi diselenggarakan di Bali Industri Creative Center (BCIC) bekerja sama dengan Asosiasi Industri Animasi dan Konten Indonesia (AINAKI).

Ratna optimistis para santri mempunyai kemampuan untuk belajar di industri. “Potensi mereka cukup besar, terlebih lagi jumlah santri di pondok pesantren yang banyak,” ungkapnya. Para santri ini akan dibekali dengan beragam pelatihan dan pengetahuan, sehingga mereka bisa produktif.

“Kekuatan santri yang besar ini sangat bagus dirasakan. Kami akan bekali dengan bimbingan teknis pengetahuan, pelatihan yang disesuaikan dengan potesi yang ada di pesantrennya. Kami juga fasilitasi bantuan peralatan permesinan, teknologi yang digunakan dan juga fasilitasi untuk mendapatkan akses ke lembaga pembiayaan,” paparnya lagi.

Pilot project Santripreneur pada tahun 2017 telah dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur, yakni Pondok Pesantren Sunan Drajat, Lamongan dan Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri. Kegiatan yang telah dilaksanakan di Pondok Pesantren Sunan Drajat meliputi bimbingan teknis serta bantuan mesin dan peralatan untuk pengolahan ikan, pembuatan alas kaki, perakitan lampu LED, pembuatan kecap, produksi garam serta peningkatan kapasitas manajemen SDM.

Kemenperin juga mendorong lingkungan pondok pesantren memanfaatkan perkembangan teknologi digital saat ini, salah satunya melalui penggunaan aplikasi Financial Technology (Fintech) di Pondok Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman di Bogor. Upaya ini diharapkan mampu menumbuhkan semangat santri untuk berwirausaha atau santripreneur terutama dalam skala IKM.