Mengenal Teknologi Chatbot

Oleh: Nur Shinta Dewi
Rabu, 30 September 2020 | 20:03 WIB

Ada yang pernah chat online shop (olshop) belum sampai 5 menit langsung dibalas sama si pemilik olshop? Ketika kamu bertanya dan chat kamu langsung dijawab, itu fix banget sih chatbot.

Chatbot merupakan teknologi yang lahir dari kecanggihan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau dikenal dengan kecerdasan buatan.

Lebih lengkapnya, Chatbot adalah sebuah program komputer berbasis AI yang dapat mensimulasikan percakapan layaknya manusia.

Teknologi ini juga dikenal sebagai asisten digital yang dapat memahami serta memberikan jawaban yang relevan dengan cepat selama 24 jam lho.

Bahkan laporan industri memperkirakan, Chatbot menghemat dana sebesar $8 miliar USD Dollar, di mana 80% pelaku bisnis digital mulai menerapkannya.

Dari situ bisnis mengambil peluang bagaimana berinteraksi dengan konsumen melalui jalur yang lebih personal, dan menghemat dana infrastruktur perusahaan.

Chatbot dan Teknologi Pendampingnya
Bukan hal baru di Indonesia jika teknologi AI telah membantu banyak sektor bisnis untuk berinteraksi dengan masyarakat.

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2017 mensurvei, 89% responden mengatakan aplikasi no. 1 yang mereka gunakan yaitu aplikasi chatting.

CEO dan salah satu founder Kata.ai, Irzan Raditya, melalui Podcast Small Talk Digination.id, mengatakan chatbot lahir karena customer experience terpenuhi dengan teknologi AI.

“Yang kita lihat disini Chatbot itu penetrasinya semakin marak, khususnya AI untuk Natural Language Processing (NLP), karena yang diharapkan oleh customer ketika berinteraksi dengan suatu produk digital khususnya aplikasi chatting mereka bisa bicara dengan bahasa sehari-hari dari situlah,” kata Irzan. Perluasan penetrasi aplikasi chatting inilah yang menjadi alasan kenapa chatbot menjamur.

Lalu apa saja sih teknologi yang mendukung kinerja chatbot?

Balik ke 2006, teknologi Deep Learning semakin banyak dipublikasikan, bahkan banyak sekali open source reward library yang diluncurkan ke masyarakat, seperti google, teano dan lain-lain.

Irzan Raditya menjelaskan Deep learning unggul karena sistem algoritma yang bisa memberikan prediksi sangat akurat tapi butuh banyak sel data.

Chat bot yang pintar lahir berkat bantuan AI Deep Learning, tapi bagaimana chat bot merespon kata-kata singkat, atau kata gaul khas netizen Indonesia?

Menurut Irzan, Chatbot akan memahami makna kata jika deep learning bekerja memahami data. Bagaimana deep learning bekerja memahami data? Deep learning akan memahami data jika data yang masuk banyak dan juga spesifik. Semakin banyak data yang masuk maka deep learning akan semakin pintar memahami data.

“Deep learning ini kalau kurasinya mau bagus, harus banyak sekali datanya, dan ini juga bisa dibilang harus lumayan spesifiklah, di Kata.ai kami punya lauguage model, untuk bahasa indonesia itu sudah lumayan bisa menghandle. Karena kita juga sadar bahasa Indonesia itu bahasa slang, bahasa singkatannya itu, pasti ada aja yang baru-baru, nah kaya gini harus dilatih mau nggak mau secara manual,” kata Irzan Raditya.

Tentu dengan ini teknologi tidak sepenuhnya bekerja sendirian. Chat bot yang pintar masih perlu bantuan manusia untuk memprogram dan mengoreksi sehingga kerja Chatbot pun akan semakin baik.

Saat ini penggunaan Chatbot sudah merambah ke berbagai macam divisi. Salah satunya seperti penggunaan Chatbot untuk menaikan engagement, bertransaksi, dan Human Resource (HR) digital.

Studi Gartner mengatakan, 85% dari semua IT support akan online tanpa interaksi manusia. Begitupun, 25% customer service dan operasional pendukung lainnya akan terintegrasi dengan Virtual Customer Assistant (VCA) atau, chatbot akan terlibat di lintas saluran pada tahun 2020.

Pesatnya kegunaan AI, pemerintah pun proaktif dengan membentuk strategi perkembangan AI nasional menuju Indonesia 2045.

Secara global dampak ekonomi dari kegunaan teknologi ini dapat menghasilkan 13 triliun Dolar, Irzan Raditya CEO dan salah satu Founder Kata.ai pun, berpesan jika pemain lokal harus terus kreatif agar mampu bersaing di pasar nasional maupun global.

“Pemain lokal harus kreatif dan melihat fungsi yang tepat guna karena Chat bot sama seperti aplikasi, website, web app ada yang gitu aja, ada juga yang harganya bermiliaran dolar. Pertumbuhan AI sangat potensial, maka harus terus dikembangkan” kata Irzan Raditya.

Sesuai kecanggihannya, Chatbot pun diharapkan dapat berkembang dan membantu bisnis dan perekonomian Indonesia.