Reblood Bikin Donor Darah Jadi Keren

Oleh: Ana Fauziyah
Minggu, 26 November 2017 | 11:03 WIB
Berawal dari keprihatinan melihat fakta dan data bahwa stok darah di Indonesia seringkali mengalami kekurangan dalam jumlah jutaan, Leonika Sari mendirikan startup Reblood

Berawal dari keprihatinan melihat fakta dan data bahwa stok darah di Indonesia seringkali mengalami kekurangan dalam jumlah jutaan, Leonika Sari mendirikan startup Reblood. “Saat kuliah dulu, banyak teman seangkatan yang setengah mati nyari darah buat keluarganya. Stoknya sering kosong,” tutur gadis yang biasa dipanggil Leo ini.

Gadis alumni Jurusan Sistem Informasi Institut 10 November Surabaya (ITS) ini mendapatkan data dari Palang Merah Indonesia (PMI) Surabaya bahwa kekurangan kantong darah di Indonesia sangat mengkhawatirkan. Dari 5 juta kantong darah yang dibutuhkan, hanya tersedia tidak lebih dari 2 juta kantong darah saja.

Leo juga mengadakan survei tentang donor darah dan hasilnya menunjukkan bahwa minimnya masyarakat yang menjadi donor darah dikarenakan kurangnya informasi. “Kita survei, mereka nggak tahu gimana cara donor, di mana tempatnya. Ya udah kita bikin aplikasi agar orang bisa dapat informasi,” ujar Leo saat menjadi pembicara pada acara Fintech Connect yang diadakan Lab Kinetic dan BNV Labs, Jumat (24/11) lalu.

Dengan mendirikan Reblood, aplikasi yang berisi seluk beluk donor darah, Leo ingin turut serta mengatasi masalah kekurangan darah di Indonesia. Namun menyebarkan kepedulian tentang donor darah di kalangan remaja bukan hal yang mudah karena donor darah bukan menjadi bagian dari gaya hidup.

“Menurut data PMI Jakarta, pendonor aktif turun 50 persen. Dan 50 persen lagi sudah berumur 40 tahun ke atas. Nah yang muda-muda ke mana?” ujar Leo. Dia pun mencoba menyebarkan virus donor darah ke kalangan anak muda dengan cara kreatif dan kekinian.

“Kalau masuk ke anak muda harus membentuk persepsi keren. Gimana caranya donor darah itu jadi keren. Jadi kita kombinasikan donor darah dengan lifestyle yang sudah dekat dengan anak muda. Kita bikin acara yang khas anak muda,” terang Leo.

Dia dan timnya kemudian membuat sistem penambahan poin layaknya game bagi donor yang sudah menyumbangkan darahnya. Jumlah poin nanti bisa ditukarkan dengan hadiah atau reward yang sudah ditentukan. Ia juga mengadakan konser musik yang tiket masuknya dengan donor darah terlebih dahulu.

Usaha Leo berhasil, banyak anak muda yang tertarik dan menyumbangkan darahnya. Bahkan pengunjung acara-acara yang diselenggarakan Reblood 70%-nya adalah anak muda dan 60%-nya merupakan pendonor baru. Saat ditanya apa tipsnya dalam mengembangkan Reblood, Leo menjawab dengan tangkas “Tantangannya adalah gimana membuat anak muda aware,” tegasnya.