3 Era Perkembangan Digital Payment di Indonesia

Oleh: Desy Yuliastuti
Jumat, 17 November 2017 | 10:28 WIB
Industri digital di Indonesia terus memperlihatkan perkembangannya

Industri digital di Indonesia terus memperlihatkan perkembangannya. Dampak kemajuan ini menghadirkan inovasi di ranah pembayaran digital (digital payment). Jenisnya pun beragam, seperti uang elektronik, digital wallet, dan sebagainya. Tren transaksi digital juga terjadi di sejumlah negara, di antaranya Jepang, Singapura, Kanada, Inggris, Korea Selatan, Malaysia, dan Philipina.

Kini masyarakat Indonesia, terutama di wilayah perkotaan mulai akrab dengan pembayaran nontunai. Data survei Daily Social terkait E-money di Indonesia tahun 2017 menunjukkan, dari 1055 responden sebanyak 56,80% memiliki uang elektronik selama setahun atau kurang. Adapun 42,43% responden merasa uang elektronik membantu mengendalikan pengeluaran.

Berbagai keperluan pembayaran kini makin mudah dilakukan berkat digital payment. Namun, variasi pembayaran digital di Indonesia terus mengalami berkembangan dari masa ke masa. Berikut transformasi digital payment di Indonesia dari masa ke masa.

Awal Perkembangan Digital Payment

-

Era digital payment diawali dengan penerbitan payment cards, seperti kartu kredit dan kartu debit yang digunakan sebagai alat pembayaran. Populernya payment cards untuk menggantikan pembayaran tunai dimulai sejak 1980-an.

Kartu kredit dan debit dianggap media pembayaran paling praktis, terutama bagi orang yang sering bepergian ke luar negeri. Masyarakat menyukai kepraktisan yang ditawarkan dalam bertransaksi sehingga mendorong perbankan menawarkan beragam fitur dan diskon khusus bagi penggunanya.

Sepanjang 2016 , Bank Indonesia mencatat terjadi transaksi Rp 5.623,91 triliun memakai jenis kartu ATM/Debit. Sedangkan transaksi menggunakan kartu kredit selama 2016 menembus Rp 281 triliun.

Bagaimana dengan e-money? BI mencatat transaksi dengan uang elektronik mencapai Rp 7,06 triliun sepanjang 2016.

Dari Kartu Kredit ke Digital Payment Masa Kini

-

Penggunaan payment cards mulai mengalami perubahan sejak hadirnya m-banking dan e-banking di Indonesia. Diawali Bank Sentral Asia (BCA) yang mengoperasikan e-banking secara masif melalui situs Klik BCA pada tahun 2001.

Karena kepraktisannya, m-banking dan e-banking mulai menjadi pilihan masyarakat untuk melakukan transaksi, terutama untuk belanja online di platform e-commerce. Sebagai salah satu bank yang populer di Indonesia, Bank Negara Indonesia (BNI) mencatat pertumbuhan transaksi e-banking pada 2016 tumbuh pesat dibanding tahun sebelumnya.

Senior EVP IT Dadang Setiabudi dalam wawancara dengan KONTAN beberapa waktu lalu, mengatakan pertumbuhan tersebut didominasi oleh transaksi internet banking yang melonjak 50%. Disusul pertumbuhan transaksi SMS atau mobile banking yang tumbuh 40%, serta BNI TapCash juga tumbuh 40%.

-

Payment cards kini juga berevolusi menjadi e-money atau dikenal dengan uang elektronik. Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik, nilai uang disimpan secara elekronik dalam suatu media seperti server atau chip.

Uang elektronik berbasis chip biasanya dalam bentuk kartu yang dikeluarkan bank, seperti TapCash BNI, E-Money Mandiri, Brizzi BRI, Flazz BCA, dan sebagainya. Sedangkan ­e-wallet server base contohnya TCash Telkomsel dan Paypro Indosat Ooredoo, DOKU, dan Go-Pay dari Go-Jek yang belakangan ini berkembang pesat.

Perbedaan antara e-money dan e-wallet  terletak pada jumlah maksimal saldo yang dimungkinkan. Pada e-money, maksimal saldo top up yang bisa diisikan adalah Rp 1 juta. Sedangkan e-wallet bisa menampung saldo hingga Rp 10 juta. Baik e-money dan e-wallet saat ini banyak digemari untuk melakukan transaksi skala kecil untuk berbagai jenis pembayaran atau belanja di toko ritel.

Gurihnya pangsa pasar e-money di Indonesia membuat sektor ini juga menjadi daya tarik perusahaan fintech luar negeri. Salah satunya pemain Thailand, True Money, yang ikut mewarnai pasar dalam negeri yang selama ini dikuasai perbankan nasional.

Digital Payment Masa Depan

-

Di negara lain perkembangan cryptocurrency dan mata uang digital berkembang pesat, tapi di Indonesia gaungnya baru mulai terdengar. Namun, tak sedikit yang meramalkan cryptocurrency menjadi salah satu bentuk masa depan digital payment di Indonesia.

Beberapa jenis mata uang cryptocurrency yang sudah beredar di Indonesia, yakni Bitcoin, Ripple, Etherium. Bitcoin sejauh ini menjadi yang paling diminati dan terus naik nilai tukarnya.

Bayangkan saja sejak tahun 2012 lalu, kurs 1 Bitcoin setara dengan US$ 8 atau Rp 80.000. Nilainya melesat jauh, kini 1 Bitcoin menyentuh kisaran Rp 104,7 juta. Salah satu pemain block chain yang sudah matang adalah OmiseGo asal Thailand dan sudah mulai beroperasi di Indonesia.

Terhambatnya perkembangan cryptocurrency di Indonesia salah satunya disebabkan kerumitan sistem block-chain dalam cara kerja transaksi mata uang kripto. Meskipun begitu, Bitcoin masih diburu karena tingginya tingkat transparansi antarserver yang memudahkan tracking sehingga dianggap sebagai mata uang digital yang aman.