Sepak Terjang Wanita dalam Dunia Data

Oleh: Desy Yuliastuti
Minggu, 27 Mei 2018 | 11:44 WIB
Industri data di masa depan akan semakin menantang dan semakin membutuhkan keahlian yang baru

Industri data di masa depan akan semakin menantang dan semakin membutuhkan keahlian yang baru. Tanpa usaha untuk terus belajar dan mengadopsi teknologi baru, bisa dipastikan para data profesional di Indonesia akan ketinggalan dibandingkan dengan negara tetangga.

Di masa depan, baik sektor swasta maupun pemerintahan profesi data scientist atau ahli pengolahanan data menjadi profesi yang banyak dicari di masa depan. Namun, apabila Anda bekerja di perusahaan yang menggarap bidang teknologi atau data saat ini, coba lihat ke sekeliling, berapa banyak wanita yang bekerja di bidang data?

Bukanlah suatu hal yang mengejutkan jika jumlahnya tidak banyak dibandingkan dengan jumlah pria. Sudah menjadi sebuah “stereotype” bahwa wanita cenderung kurang cocok bekerja di bidang STEM (Science, Technology, Engineering & Mathematics).

Secara umum orang-orang beranggapan bahwa kaum Adam lebih kompeten dibanding kaum Hawa dalam hal pekerjaan berbau teknologi.

Kenyataannya cukup banyak wanita yang sukses dalam bidang teknologi seperti Hilary Mason, Monica Rogati, Julia Silge, Grace Hopper, Megan Price, dan masih banyak lagi. Dilansir dari VentureBeat, menurut McKinsey, akan terdapat defisit 1,5 juta tenaga kerja yang dapat menganalisa big data di Amerika Serikat pada 2018 ini.

Selain itu, permintaan untuk posisi data scientist diperkirakan akan melampaui jumlah tenaga kerja ahli sebanyak lebih dari 50% pada tahun ini.

Dengan semakin meningkatnya permintaan untuk posisi data scientist dan melihat masih kurangnya ketersediaan sumber daya manusia yang dapat memenuhi kriteria untuk posisi tersebut, sebaiknya kita menghilangkan stereotype yang menghalangi wanita untuk mengejar karir dalam bidang data science.

“Menjadi data scientist sebenarnya pekerjaan yang sangat responsible dan menuntut skill sets yang mumpuni, tapi sekaligus menantang, dan kita bisa mendapat banyak hal jika terus mau belajar. Tapi jangan takut menjadi berbeda, apakah pria atau wanita kalau punya unik dan berbeda jangan ragu untuk diwujudkan,” ujar Lilian Tjong, Data Scientist Tokopedia, dalam dalam acara Kopichat: Women in Data Science, beberapa waktu lalu.

Baca juga: Data Science di Era Ekonomi Digital. Berapa Besar Potensinya?

Belajar dari studi kasus tersebut, Algoritma Data Indonesia mengungkap, apabila dilihat dari sudut pandang stereotype, sebenarnya wanita memiliki kemampuan yang sangat penting dimiliki untuk bekerja dalam bidang data scientist seperti berikut ini.

Kolaborasi

Pada umumnya wanita memiliki kemampuan untuk bekerja sama dengan orang yang berbeda-beda. Hal ini sangat penting karena data science mencakup semua aspek dan fungsi dalam sebuah perusahaan. Seorang data scientist dituntut untuk dapat bekerja sama dengan individu atau kelompok dari divisi mana saja.

Komunikasi

Sama halnya dengan berkolaborasi, wanita juga biasanya lebih pandai dalam berkomunikasi dengan orang lain. Masing-masing individu memiliki kemampuan untuk mengerti dan sudut pandang yang berbeda-beda tentang suatu hal.

Berkomunikasi di sini bukan berarti hanya memulai pembicaraan dan berusaha melanjutkannya, seorang data scientist harus mampu menjelaskan insight yang didapatkannya kepada rekan kerjanya sehingga mereka mengerti.

Perspektif

Seorang data scientist tidak hanya harus bisa mengumpulkan dan menganalisa data, tapi juga menarik berbagai kesimpulan secara menyeluruh dan mengetahui dampaknya terhadap sebuah perusahaan. Terlebih lagi, untuk menjadi seorang data scientist sebenarnya tidak memerlukan gelar dalam statistik ataupun matematika.

Data science terbuka untuk semua yang tertarik dan punya kemauan untuk belajar. Namun, bukan berarti ini pekerjaan mudah karena diperlukan keahlian keahlian programming dasar untuk menguasai data science.

Baca juga: Menangkap Teknologi Masa Depan di Data Science Weekend 2018