Magnum Gandeng Giuseppe AI untuk Kembangkan Es Krim yang Inovatif

Oleh: Dini Adica
Senin, 29 September 2025 | 14:34 WIB
Magnum akan bekerja sama dengan NotCo untuk mengembangkan produk-produk es krim yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Kabar menarik datang dari Magnum, salah satu brand ikonik di bawah Unilever. Magnum menggunakan AI dari perusahaan rintisan asal Chile, NotCo, untuk mengembangkan produk-produk baru.

Zbigniew Lewicki, Chief Research, Design and Innovation Officer di Magnum Ice Cream Company, menjelaskan bahwa penggunaan AI akan membantu perusahaan menjawab berbagai kebutuhan industri makanan saat ini.

Dengan platform Giuseppe AI milik NotCo, Magnum akan melakukan reformulasi produk agar lebih seimbang secara nutrisi, termasuk menciptakan varian berbasis nabati. Selain itu, AI juga dipakai untuk mencari solusi menghadapi kenaikan harga bahan baku seperti kakao dan susu.

Baca juga: Registrasi Kartu SIM Harus Pakai Face Recognition, Berlaku Tahun Ini

“Konsumen memang masih ingin menikmati es krim, tapi mereka juga semakin peduli dengan ukuran porsi, kalori, hingga keberlanjutan produk.

“Kemitraan kami dengan NotCo membantu mengeksplorasi cara AI mempercepat inovasi tanpa mengurangi kualitas dan pengalaman yang konsumen harapkan dari es krim kami,” tambah Lewicki.

Penggunaan AI membuat perusahaan yang awalnya dikembangkan oleh Frisko di Aarhus, Denmark, itu bisa memproduksi varian es krim rendah kalori tapi tetap creamy, atau rasa-rasa baru hasil rekomendasi AI. Tentunya, juga lebih ramah lingkungan.

AI di Industri F&B

Magnum bukan satu-satunya pemain besar yang melirik AI. Unilever sudah cukup lama mengadopsi teknologi ini. AI digunakan untuk mengukur usia simpan produk, tekstur, rasa, sampai memprediksi tren flavor yang sedang disukai.

Contohnya, Unilever meluncurkan Knorr Zero Salt Cube dan Hellmann’s Real Mayo Squeeze Bottle dengan bantuan analisis AI.

Magnum, yang juga pemilik merek es krim Ben & Jerry's dan Cornetto, adalah salah satu dari lebih dari 10 perusahaan FMCG yang bekerja sama dengan NotCo untuk merombak produk mereka, kata CEO NotCo Matias Muchnick.

Baca juga: Instagram Hadirkan Format 5120×1080, Bikin Feeds & Reels Jadi Lebih Sinematik!

Selama beberapa tahun terakhir, produsen makanan besar telah menggunakan AI untuk mencoba merespons perubahan selera konsumen dengan lebih cepat. 

Beberapa brand besar lain yang memanfaatkan teknologi serupa antara lain Kraft Heinz, yang bekerja sama dengan NotCo untuk menciptakan versi plant-based dari produknya yang populer, seperti mayones, keju slice, hingga hotdog Oscar Mayer.

Sementara itu, Coca-Cola menggunakan AI untuk mencari solusi menghadapi penyakit tanaman yang mengancam pasokan jeruk dunia.

Menjawab Selera Konsumen

Matias Muchnick mengungkapkan bahwa preferensi konsumen terhadap ukuran porsi, nutrisi, bahan baku, hingga rasa, semakin kompleks. Hal ini membuat perusahaan makanan dan minuman perlu tools baru biar lebih cepat beradaptasi.

Teknologi mereka memungkinkan brand besar berinovasi lebih cepat, entah itu mengganti pewarna sintetis, mengurangi gula, atau bahkan menemukan rasa yang viral berikutnya seperti Dubai chocolate, jelas Muchnick.

Perubahan ini erat kaitannya dengan gerakan gaya hidup sehat dan tren inflasi bahan pangan yang memaksa produsen mencari alternatif lebih efisien. Jadi, keberadaan AI membantu perusahaan menekan biaya sekaligus menghadirkan produk yang sesuai dengan kebutuhan zaman.

Baca juga: Meta Luncurkan Kacamata Pintar AI Ray-Ban Display, Bisa Balas Chat dan Play Musik Cuma dari Lensa

Yang tak kalah penting, pendekatan ini juga mendukung upaya keberlanjutan, mulai dari penggunaan bahan nabati hingga efisiensi produksi.

Lewicki menegaskan, tujuan utama Magnum tetap menjaga pengalaman konsumen. “Kami ingin berinovasi cerdas tanpa mengorbankan rasa dan kualitas. Itulah kenapa AI kami posisikan sebagai mitra, bukan pengganti kreativitas manusia,” katanya.

Langkah Magnum menggunakan AI untuk mengembangkan produk baru ini diumumkan sekitar sebulan sebelum Unilever berencana memisahkan The Magnum Ice Cream Company.

Divisi yang menghasilkan pendapatan $9,3 miliar tahun lalu melalui merek-merek seperti Klondike, Breyers, dan Talenti ini akan menjadi perusahaan es krim terbesar di dunia.