Sudah jamak terjadi ketika seseorang mendapat tawaran kerja tapi malah jadi enggan meneruskan proses rekrutmen karena rekruter tidak bersedia memberi tahu berapa gajinya. Jangan heran kalau setelah itu pelamar memilih meng-ghosting rekruternya.
Ternyata dua dari lima lulusan baru, atau 44% responden, mengaku lebih pilih mengurungkan niat untuk melanjutkan proses seleksi jika kompensasinya tidak dijelaskan gamblang sejak awal. Buat lulusan baru, transparansi soal gaji itu sesuatu yang mutlak sifatnya.
Data itu diambil dari laporan Monster’s 2025 State of the Graduate, dan memang penting sekali buat kita yang baru lulus atau baru mulai mencari pekerjaan untuk mengetahui berapa gaji yang akan kita terima.
Baca juga: Jakarta E-Prix Kembali Digelar, Peluang Tumbuhkan Ekonomi Hijau
“Karena banyak lowongan kerja yang mencantumkan (besaran gaji), sementara pemberi kerja lain tidak melakukannya, para lulusan baru mungkin akan mengabaikan pekerjaan yang tidak mencantumkannya,” kata Vicki Salemi, career expert dari Monster.
Jadi kalau ada perusahaan yang tidak menerapkan transparansi soal gaji, wajar aja kalau kita skip.
Bukan Hanya Gaji, tetapi Juga Nilai
Saat ini lebih dari 4 juta Gen Z dikabarkan menganggur, jadi mungkin mengejutkan bahwa kaum muda memiliki harapan yang begitu tinggi untuk memulai karier mereka.
Kandidat pada dasarnya menginginkan pekerjaan yang memenuhi semua kebutuhan mereka ketimbang gaji besar saja. Buat kita-kita ini, bekerja memang bukan cuma perkara duit. Banyak dari kita yang juga melihat dulu nilai perusahaan itu sejalan atau tidak dengan nilai-nilai kita.
Misalnya, hampir tiga dari empat lulusan tahun 2025 (75%) yang mengatakan bahwa mereka tidak akan mau bekerja untuk perusahaan yang nilai-nilai politiknya bertentangan dengan nilai-nilai mereka sendiri.
Laporan Monster juga menyebutkan, 35% responden akan menolak untuk menerima tawaran pekerjaan dari perusahaan tanpa kepemimpinan yang beragam.
Soal fleksibilitas, 42% responden mengaku sistem kerja hybrid sudah jadi kebutuhan, bukan sekadar bonus. Bahkan, 1 dari 3 bilang mereka bisa saja menolak tawaran kerja kalau tidak ada pilihan tersebut.
Baca juga: 3 Skill Wajib untuk Berkembang di Dunia Kerja
Tetapi meski punya harapan yang tinggi, tidak semua Gen Z yakin bahwa mereka akan menemukan peran yang sempurna sejak awal. Lebih dari 80% lulusan baru percaya bahwa mereka akan menemukan peran di beberapa titik, meski hanya 63% yang percaya bahwa mereka memiliki pengaruh di pasar kerja.
“Gen Z itu generasi yang vokal. Kalau mereka merasa tidak didengarkan, mereka akan cabut,” kata Kate Duchene, CEO RGP, perusahaan konsultan global.
“Mereka tidak takut untuk melawan sedikit dan kemudian menepati janji mereka, dan pergi jika mereka merasa tidak didengarkan atau tidak diperhatikan.”
Menurut data, hampir setengah lulusan baru siap resign kalau tempat kerjanya mulai toxic, dan 39% lagi siap keluar demi work-life balance yang lebih sehat.
Kenyataannya, Banyak Juga yang Dipecat
Nah, di sisi lain, data juga menunjukkan bahwa 6 dari 10 perusahaan ternyata pernah memecat karyawan Gen Z dalam hitungan bulan. Alasan utamanya? Menurut mereka karena generasi kita kurang profesional, kurang komunikasi, dan tidak punya “soft skills”.
Meskipun ada ketegangan antargenerasi, beberapa pengusaha memperhatikan cara terbaik untuk menanggapi keinginan Gen Z, begitu menurut kepala pemasaran Monster, Scott Blumsac.
“Pesan yang disampaikan jelas: lulusan masa kini ambisius, memiliki tujuan, dan berorientasi pada nilai-nilai,” tulisnya. “Pengusaha yang beradaptasi dengan prioritas ini dengan menawarkan fleksibilitas, tujuan, dan jalur menuju pertumbuhan akan berada pada posisi terbaik untuk menarik dan mempertahankan generasi talenta terbaik berikutnya.”
Baca juga: Chatbot AI Diserbu untuk Memprediksi Pengganti Paus Fransiskus, Apa Hasilnya?
Boleh Optimis, tapi Tetap Realistis
Kita boleh punya ekspektasi tinggi, tetapi sebaiknya tidak sepenuhnya merasa bisa memegang kendali. Dari semua responden, 80% yakin mereka akan mendapat kerja suatu saat, meskipun cuma 63% yang percaya punya daya tawar kuat.
Gen Z bukan generasi yang gampang puas. Kita tahu apa yang kita mau: transparansi, nilai yang sejalan, keberagaman, dan fleksibilitas. Tetapi, kita juga masih belajar bagaimana cara beradaptasi di dunia kerja yang kadang masih jalan dengan mindset generasi lama.
Jadi buat perusahaan yang mau merekrut lulusan baru, coba mulai dari hal kecil seperti menyampaikan gaji sejak awal, menjelaskan budaya kerja di perusahaan seperti apa, dan yang penting: mendengarkan.
Karena kita bukan asal mencari pekerjaan, tetapi mencari tempat berkembang dan dihargai. Setuju, kan?
Sumber: Fortune, MSN