LogoDIGINATION LOGO

Yap, Path Ditutup! Ini Pelajaran Yang Bisa Kamu Petik...

author Oleh Ana Fauziyah Jumat, 21 September 2018 | 16:20 WIB
Share
Salam perpisahan dari Path (path.com)
Share

Sudah berapa lama kamu tidak membuka aplikasi Path di ponsel? Masih ingat momen-momen yang kamu bagikan di akun Pathmu? Sayangnya, mereka mengumumkan akan menutup layanannya secara resmi pada tanggal 18 Oktober 2018 nanti. Path yang sudah berusia hampir 8 tahun tersebut juga akan dihapus dari App Store dan Google Play Store pada 1 Oktober 2018.

Path didirikan oleh Dave Morin, Dustin Mierau dan Shawn Fanning pada tahun 2010. Perusahaan ini pernah menjadi jejaring sosial paling populer, bahkan menjadi rival utama Facebook. Layanan ini pernah memiliki sekitar 50 juta pengguna dan pernah mengumpulkan keuntungan mencapai USD 500 juta. Namun, era gemilang tersebut tidak berlangsung lama. Popularitas Path terus tersungkur dan ditinggalkan penggunanya hingga akhirnya mengumumkan akan tutup usia.

Ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari kisah tutupnya Path, apalagi buat kamu yang sedang mengelola dan mengembangkan bisnis. Simak pelajaran berharga dari kisah Path yang pernah sukses kemudian tutup, yang disusun oleh Penulis berikut ini.

Baca juga: Mudahnya Menjadi Entrepreneur Berkat Media Sosial

 

  • teruslah berinovasi (Shutterstock)

 

 

  1. Jangan melenceng dari konsep

Pada mulanya, Path didirikan sebagai media sosial yang bersifat privat, hanya terbatas untuk 50 teman per pengguna, kemudian diperbanyak menjadi 150 teman saja. Hal itu menjadikan Path sebagai unit yang berisi lingkaran kecil pertemanan dengan teman-teman terdekat saja. Berbeda dengan Facebook yang memperbolehkan pertemanan sampai 5000 teman.

Karena sifatnya yang privat dan personal tersebut, Path pun menjadi tempat favorit untuk curhat, berkeluh kesah, atau nyinyir tanpa pengguna merasa sungkan karena hanya akan dibaca oleh lingkaran orang-orang terdekatnya saja.

Namun Path melenceng dari konsep privat dan personal tersebut dengan menambah pembatasan teman dari 150 menjadi 500. Konsep privat dan personal itu pun segera mencair dan membuat Path tidak memiliki sisi unik dibandingkan platform media sosial lainnya. Pelajaran yang bisa diambil adalah jangan melenceng dari konsep awal jika itu merupakan kekuatan terbesar dalam bisnismu.

Bca juga: 80% Penjual E-commerce Berdagang Lewat Platform Media Sosial

ilustrasi Path Mobile (Shutterstock)

  1. Tetaplah menjadi unik

Jika menjalankan suatu bisnis, kamu harus memiliki nilai unik yang membedakannya dengan yang lain. Jika kamu menawarkan hal yang sama berarti produk atau layananmu tidak memiliki nilai unik. Demikian pula dengan Path yang kemudian kehilangan sisi uniknya sehingga membuat penggunanya mudah beralih ke platform lain.

  1. Terus berinovasi

Salah satu yang menjadikan Path platform media sosial favorit adalah karena memiliki fitur-fitur unik. Namun saat pesaing seperti Instagram dan Snapchat muncul, Path tidak meluncurkan fitur terbaru yang segar dan kekinian. Apalagi pesaing terbesarnya yaitu Facebook terus berinovasi dengan menambah fitur-fitur yang mirip dengan Path. Hal ini membuat Path mau tidak mau ditinggalkan penggunanya dan beralih ke platform lain yang dinilai lebih asyik. Pelajaran yang bisa dipetik adalah kamu harus terus melakukan inovasi yang kreatif dalam mengembangkan bisnismu. Kalau kamu tidak melakukannya, maka pesaingmu yang akan melakukannya.

Dapat, kan?

Baca juga: Belanja Online, Pilih Media Sosial atau Marketplace?

  • Editor: Dikdik Taufik Hidayat
TAGS
RECOMMENDATION

LIPI Gandeng Ivosights Kembangkan Analisis Sentimen Percakapan di Media Sosial

Ivosights,​ ​perusahaan​ ​rintisan​ ​penyedia​ ​platform customer​ ​engagement​ ​ ​menandatangani​ ​perjanjian​ ​kerja​ ​sama​ ​Penelitian​ ​dan Pengembangan​ ​“Sentimen​ ​Analysis”​ ​dengan​ ​Lembaga​ ​Ilmu​ ​Pengetahuan​ ​Indonesia (LIPI)​ ​di​ ​B

Kamis, 26 Oktober 2017 | 14:01 WIB

idEA: Jualan Online Terbanyak Ada di Media Sosial

Sebuah riset terbaru yang dilakukan Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) menunjukkan bahwa pedagang online ternyata lebih banyak memanfaatkan kanal media sosial antara lain melalui Facebook dan Instagram daripada berjualan di marketplace

Selasa, 30 Januari 2018 | 11:45 WIB
LATEST ARTICLE